MAKALAH MIKRO: FUNGSI PRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Untuk mengetahui biaya produksi dan penawaran duatu barang,
yang pertama kali harus diketahui adalah prinsip produksi suatu perusahaan.
Prinsip produksi dalam teori ekonomi mikro dapat digunakan untuk mendapatkan
besarnya ongkos serta penawarannya: dan juga mendasari penentuan harga dan
jumlah tenaga kerja, alokasi sumber-sumber serta distribusi produksi.
Teori produksi sebagaimana teori perilaku konsumen merupakan
teori pemilihan berbagai alternative yang tersedia. Dalam hal ini keputusan
yang diambil seorang produsen dalam menentukan atas alternative tersebut. Produsen mencoba memaksimumkan produksi yang
bisa dicapai dengan suatu kendala ongkos tertentu agar dapat dihasilkan profit
( keuntungan ) yang maksimum.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan fungsi produksi
2.
Apa yang dimaksud hukum tambahan hasil yang
menurun
3.
Apa yang dimaksud kombinasi ongkos terkecil
C. Tujuan
masalah
1.
Untuk mengetahui fungsi produksi
2.
Untuk mengetahui hukum tambahan hasil yang
menurun
3.
Untuk mengetahui kombinasi ongkos terkecil
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FUNGSI PRODUKSI
Konsep fungsi
produksi berkaitan dengan hubungan fisik antara input atau masukan dengan
output atau pengeluaran yang dapat dihasilkan , hasil tersebut dapat berupa
barang maupun dalam bentuk jasa hubungan ini dapat ditunjukan secara sistematis
fungsi produksi sebagai berikut:
X= f (a,b,c)
Dimana X adalah output yang digunakan
A, b, c, adalah input-input yang
digunakan
Fungsi produksi
ini membatasi pencatatan profit maksimum karena keterbatasan teknologi dan
pasar dimana ini akan mempengaruhi ongkos produksi, output yang dihasilkan dan
harga jual output
Pengusaha
biasanya dapat melakukan perubahan ataupun fariasi dalam menggunakan proporsi
input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Keluesan atau fleksibilitas ini
mengakibatkan adanya berbagai kemungkinan macam hubungan antara input dan
output, antara input dengan input serta diantara output dan output. Dimana
input-input dapat saling mengganti atau substitusi dalam memproduksikan suatu
output tertentu. Dengan meningkatkan ataupun mengurangi inputnya produsen dapat
meningkatkan atau mengurangi outputnya
Hubungan
antara input dengan input, input dengan output, dan output dengan output yang
menghasilkan karakteristik dari fungsi
produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik ptoduksi yang digunakan. Pada umumnya semakin
maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkat outputnya yang dapat
diproduksi dengan suatu jumlah input tertentu
Dalam
banyak hal fungsi produks, serupa
ataupun analaog dengan fungsi utility ataupun fungsi preferensi konsumen meskipun
ada perbedaannya. Perusahaan menggunakan input-input untuk menghasilkan output,
pada umumnya jumlah atau kuantitas ini mempunya karakteristik cardinal atau
artinya produk/output dapat diukur juga dapat ditambah dan dapat dilihat.
Misalnya suatu perusahaan menggunakan dua
macam input A dan B untk menghasilkan output X dengan menggunakan tiga dimensi
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Output
yang dihasilkan dikaitkan dengan input yang digunakan sumbu vertical. Jika tanpa menggunakan input
A, total outputnya adalah TP yang
dihasilkan dengan menggunakan input B saja. Dan juga jika hanya menggunakan
input A saja, maka outputnya adalah sebesar TP.
Sedangkan
kalau menggunakan kedua macam input untuk memproduksi satu tingkat output
btertentu ditunjukan dengan isoquant. ISOQUANT
merupakan “ locus“ dari berbagai kombinasi teknis yang efisien dari input yang
digunakan untuk memproduksi satu tingkat output tertentu. Berbagai bentuk
isoquant menunjukan tingkat substitusi
yang digunakan meliputi:
1)
Lihear
isoquant (isoquant garis lurus): menunjukan derajat substitusi sempurna
antara factor-faktor produksi (input) yang digunakan. Ini berarti ahwa output tersebut dapat dihasilkan hanya
dengan menggunakan satu input
2)
leontief-isoquant (input-output
isoquant): menunjukna derajat substitusi “nol” atau adanya “strict
complementary.
3)
kinked-isoquant, menganggap adanya substitusi terbatas antar
input yang digunakan.
4)
smoth-convex isoquant, bentuk
semacam ini menganggap adanya substitusi yang berkesinambungan antara input
yang digunakan, walaupun hanya terbatas
pada suatu daerah tertentu. Lewat atau melebihi daerah tersebut tidak
ada substitusi. Yang perlu dicatat adalah bahwa, bentuk isoquant yang bengkok
(kinked) lebih realistis
Tetapi teori ekonomi tradisional
biasanya menerima bentuk isoquant
yang “smooth-convex”.
1)
Berarah ( slope ) negative, dari kiri atas ke
kanan bawah .
2)
Tidak saling berpotongan
3)
Cembung kea rah pusat ( origin )
Isoquant berarah ( slope ) negatrif menunjukan adanya substitusi antar factor yang digunakan dalam proses
produksi. Misalnya, ada substitusi antar capital, K dengan tenaga kerja, L. ini
berarti bahwa jika capital ditambah maka tenaga kerja harus dikurangi dan
sebaliknya. Walaupun ada juga perkecualiannya bahwa tidak selalu ataupun tidak
selamanya ada substitusi antar input dalam memproduksikan suatu
output.
Adanya saling berpotongan antar input isoquant tidak logis karena pada
titik potong tersebut akan diartikan bahwa kombinasi tunggal ( single ) akan
dapat memproduksi ( dua ) macam jumlah
output yang berbeda, sehingga ini dapat ditafsirkan bahwa kenaikan
jumlah output dapat dihasilkan tanpa
menambah input yang digunakan. Hal ini tidak logis, jadi antar isoquant tidak
saling berpotongan.
Kecembungan kearah pusat ( origin ) menunjukan bahwa
perbedaan sumber/factor produksi tidak selalu dapat disubstitusikan secara
sempurna, artinya ada batas-batasnya dalam mengadakan substitusi antar factor
produksi dalam menghasilkan suatu output
tertentu. Semakin banyak input digunakan dan semakin sedikit input digunakan
oleh suatu perusahaan dalam memproduksikan output X tertentu, semakin sukar
untuk mengadakan substitusi antara input A dengan input B, ini berarti bahwa
tambahan pengguaan input A akan diimbangi oleh
semakin kecilnya jumlah input B yang harus dikurangi.
Prinsip seperti diaatas disebut sebagai prinsip
“diminishing marginal rate of technical substitution of A for B” ( MRTS ), atau
prinsipo menurutnya tingkat pertambahan substitusi teknis antara Input A dan
input B. MRTS diukur pada setiap titik di isoquant yang menunjukan arah ( slope
) isoquant pada titik tersebut. Dan MRTS ini didefinisikan sebagai jumlah input
B yang dikorbankan untuk mengimbangi adanya tambahan input A tanpa merubah tingkat output yang
dihasilkan.
Fungsi produksi menjelaskan bukan hanya ( satu )
isoquant tetapi seluruh jumlah isoquant ( maps), dimana masing-masing
isoquant menunjukan tigkat output yang
berbeda serta menunjukan bagaiman output berubah jika input yang digunakan juga
berubah.
Dampak adaya inovasi ( oenumbuhan baru ) dalam proses
produksi ditunjukan dengan bergesarnya funsi produksi ke atas atau menunrunnya
isoquant. Pergesran ini menunjukan bahwa sejumlah output yang sama dapat
diproduksi ( sekarang ) dengan jumlah input yang semakin berkurang atau jumlah
input yang semakin atau dengan jumlah input yang yang sama dapat lebih banyak
diproduksi banyak output. Kemajuan teknologi mungkin juga merubah bentuk
isoquant, sebagaimana dibedakan oleh Hicks ( 1946 ) bahwa ada ( tiga ) macam
kemajuan teknologi ( technical progress ) yang dampaknya terlihat pada tingkat
substitusi antar factor produksi yang digunakan
1.
Capital-deepening Technical
Progres, hal ini akan mnyebabkan
meningjatnya MRTS, karena tambahan input A yang digunakan semakin menggeser
penggunaa input B
2.
Labor-deepening Tecjnical
Progres, ini berarti bahwa dengan adanya perkembangan ( kemajuan ) technologi akan mnyebabkan
semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
3.
Neutral-Technical Progres, ini berarti bahwa kemajuan teknologi tidak
merubah MRTS-nya. Sehingg antara substitusi antara A dan B tetap
Menurut Neo-Klasik,
dalam mencapai keuntungan maksimum bagi perusahaan diperlukan strategi yaitu
dengan mengadakan penyederhanaan masalah antara lain di anggap:
1.
Produsen hanya memproduksi satu macam barang
saja
2.
Produsen hanya menggunakan satu macam input
fariabel dalam memproduksi barang tersebut.
Sifat-sifat fungsi Neo-Klasik dapat dibedakan menjadi berikut:
1.
Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan
2.
Belaku “ law of diminishing marginal
productivity “ dimana jika tidak ada perubahan teknologi maka bila salah satu
input ditambah, sedangkan input-input
yang lain dianggap tetap, total produksinya akan meningkat tetapi setelah
titik tertentu kenaikan semakin lama
semakin menurun.
3.
Tanpa input tidak berproduksi ( no input no
output ). Dan semakin banyak input yang digunakan semakin banya output yang
dihasilkan.
Dari fungsi produksi Neo-Klasik
yangserig disebut juga sebagai totap
physical product ( TPP ) dapat diturunkan atau didapat rata-rata produksi (
average physical product = APP ) pada setiap input tang digunakan. Hubungan
antara TPP dengan APP dan MPP dapat dilihat oada tabel 7.1
Rata-rata produksi yang dihasilkan pekerja ( APP )
dihitung dengan membagi kolom ( 3 ) dengan kolom ( 2 ), ini berarti bahwa
setiap unit tenaga kerja menghasilkan sejumlah produksi tersebut. Yang perlu dicata
dari kolom ( 4 ) adalah bahwa rata-rata produksi meningkat jika jumlah tenaga
kerja meningkat, mencapa maksimum pada penggunaan 3 dan 4 unit tenaga kerja
setelah penggunaa tenaga kerja sebesar 4 ubit, rata-rata produksi menurun.
Tebel 7.1
Produksi
yang dihasilkan dengan menggunakan
Input,
tenaga kerja variable, capital tetap
kapital
|
Tenaga
kerja
|
Total
produksi
|
Rata
APP=2/3
|
Kenaikan
MPP=3/2
|
1
|
1
|
3
|
3
|
3
|
1
|
2
|
7
|
3 ½
|
4 stage I
|
1
|
3
|
12
|
4
|
5
|
1
|
4
|
16
|
4
|
4
|
1
|
5
|
19
|
3 4/5
|
3stage II
|
1
|
6
|
21
|
3 /12
|
2
|
1
|
7
|
22
|
3 1/7
|
1
|
1
|
8
|
22
|
2 7/4
|
0
|
1
|
9
|
21
|
2 1/3
|
-1 stage III
|
1
|
10
|
15
|
1 ½
|
-6
|
Sumber: Iswardono SP.
B.
Hukum tambahan hasil yang menurun ( the law of
diminishing returns )
Kurva produksi dan
tabel produksi di ataas menunjukan berlakunya “law of diminishing returns ”,
yang menunjukan arah dan tingkat perubahan dimana perusahaan menambha output
dengan menambah input ( satu input ) yang variabel. Hukum ini mengatakan bahwa
jika ( satu ) input variabelnya ditambah sedangkan input-input yang lai tetap,
total produksi akan naik, tetapi setelah titik tertentu akan mngakibatkan
kenaikanoutput yang semakin lama semakin
kecil. Dan jika input variabelnya ditambah terus maka total produksi
akan mencapai maksimum. Sehingga akhirnya total produksi akan menurun. Jika
input variabelnya ditambah lagi.
Hasil yang semakin
menurun mungkin atau tidak mungkin
terjadi, untuk beberapa kenaikan unit pertama input variabel yang digunakan dengan menganggap input yang
lain tetap. Dan dimungkinkan bahwa hasiul yang semakin menurun atau kenaukan
output total terjadi untuk setiap kenaikan. Keadaan seperti ini biasanya terjadi padapenerapan
penggunaan pupuk dengan jumlah bibit,
tanah, tenaga kerja dan mesin tetap.
Tetapi tahapan
hasil yang menarik mungkin juag merupakan
ciri/ karakteristik kenaikan awal dari input variabel sebelmum hasil
yang menurun mulai. Sebagai contoh,
misalnya: situasi dimana sejumlah tenaga kerja digunakan dalam satu
pabrik dengan ukuran tertentu. Semakin kecil jumlah tenaga kerja dibandingkan
dengan ukura pabrik yang telah ditentukan akan cenderung beroperasi secara
tidak efesien karena semakin banyak perkejaan
( tugas ) yang harus dilakukan olrh setiap individu dan juga karena
banyaknya waktu yang hilang dalam pergantian pekerjaan ( tugas ) yang satu
denagn yang lainnya.
1.
Tiga tahapan dalam produksi
Tabel produksi (
7.1 ) dan kurva produksi diatas dapat dibagai kedalam tiga tahapan. Dalam
setiap tahapan dari tiga tahapan tersebut kyrva APP dan TLP mengandung
informasi yang berkaitan dengan sejauhmana tingkat efesiensi pengangguran input
untuk berbagai variasi perbandingan tenaga kerja dan capital ( labor-capital ratios ). Jika ratio
tenaga kerja capital meningkat, dalam artian semakin banyak tenaga kerja yang
duigunakan untuk setiap unit capital,
kurva APP menunjukan/memberikan informasi tentang jumlah produksi yang
dihasilkan setiap unit tenaga kerja. Dan kurva total produksi menjelaskan juga
jumlah produksi yang yang dicapai setiap unit capital.
Tahap
I ditandai dengan meningkatnya APP jika
semakin banyak tenaga kerja digunakan untkuk setiap unit capital. Kenaikan ini
berarti bahwa efesiensi teknis tenaga
kerja output per-tenaga kerja meningkat.
Total produksi yang dicapai setiap unit capital juga meningkat jika
berubah input kapitalnya. Dan ini juga menunjukan kenaikan efesiensi tekni
capital.
Tahap
II ditandai dengan menurunnya APP dan MPP walaupun MPP-nya masih positip karena
total produksi masih naik terus. Dalam tahap II ini, jika tenaga kerja ditambah
pada setiap unit capital yang digunakan akan menyebabkan turunnya efesiensi teknis tenaga kerja (
output per tenaga kerja ). Tetapi, efesiensi teknis capital-output per capital
masih terus meningkat.
Tahap III, penggunaan
tenaga kerja yang semakin besar akan menyebabkan turunnya APP lebih lanjut. Dan
juga MPP negative karena TPP menurun. Efesiensi teknis tenaga kerja dan capital
keduanya menurun jika perusahaan memaksakan beroperasi pada tahap ini
Ada dua hal yang perlu dicata dalam ketiga tahapan tersebut adalah:
1)
Kombinasi tenaga kerja dan capital yang mengaruh
pada efeisensi teknis maksimum tenaga kerja terletak pada batas antara tahap I
dan II
2)
Kombinasi tenaga kerja dan capital yang mengarah
pada efesiensi teknis maksimum capital adalah pada batas antara tahap II dan
III
2.
Kombinasi pada tahap II
Tahap II ini
berisi seluruh perbandingan /ratio antara tenaga kerja dan capital yang relevan
bagi suatu perusahaan. Ketiga tahapan-karakteristik dan hubungannya diringkas
seperti pada tabel 7.2
Pada tahap III,
untuk tenaga kerja, MPP negative, berarti bahwa terlalu banyak tenaga kerja
pada setiap unit capital yang digunakan. Perbandingan antar tenaga kerja dengan
capital harus diturunkan paling tidak pada titik dimana MPP tidak negative. Dan
ini hanya pada tahap II.
Tabel
7.2
Tiga
tahap tenaga kerja dan capital
Produktifitas
tenaga jika tenaga kerja dan capital meningkat
|
Produktifitas
capital jika ratio capital dan tenaga kerja meningkat
|
Tahap I APP
menaik tahap II APP menurun MPP menurun tapi positif tahap III MPP negatif
|
MPP negative
tahap III APP menurun, tahap II MPP menurun tapi psoitif APP naik tahap I
|
Sumber: Iswardono SP.
Kombinasi tenaga
kerja dan capital yang menghasilkan efesiensi teknis tenaga kerja maksimum
terletak pada batas antara tahap I dan tahap II untuk tenaga kerja.
Dengan
dimasukkannya unsur ongkos untuk membeli input dapat lebih memperjelas prospek
dari perusahaan. Mislanya, capital yang ada terlalu banyak sehingga tidak
berharga sedangkan tenaga kerja sedikit ( jarang ) sehingg harganya tinggi.
Karena, berapapun besarnya ongkos akan digunakan untuk tenag kerja, perusahaan akan mencapai
efesiensi ekonomis terbesar ( biaya terendah per unit output ) pada ratio (
perbandingan ) antara tenaga kerja dan capital yang memaksimumkan output setiap
unit tenaga kerja. Perbandingan ini terletak pada batas antara tahp I dan II
untuk tenaga kerja. Output pada setiap unti pengeluaran ongkos meningkat pada
tahap I dan menurun pada tahap II dan III.
3.
Generalisasi tahap II
Diagram isoquant membantu kita dalam
membuat generalisasi tahap II tidak terbatas pada fungsi produksi linier homogen ( a linierly homogeneous
production function ). Denagn mempertimbangan peta isoquant pada gambar
berikut, dengan mmepergunakan gambar tersebut kita dapat membaca sejumlah kombinasi factor-daktor yang akan
menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Dan juga dapat memilih posisi
dimana lebih banyak menggunakan input A disbanding menggunakan input B untuk
semua tingkat output tertentu. Dalam memproduksi suatu tingkat output ada batas
dalam memilih kombinasi input A dan B.
Pada setiap isoquant, MRTS input A
untuk input B, diukur dengan membandingkan antara MPP
C.
Kombinasi ongkos terkecil
Dalam tahap II tersbut
dimana kombinasi yang harus dipilih untuk memproduksi suatu output tertentu ?.
diangap bahwa tujuan perusahaan ( produsen ) adalah meminimumkan ongkos
produksi untuk satu tingkat output
tertentu, ini berarti bahwa kombinasi input harus disesuaikan dengan ongkos
minimum yang tersedia. Denagn lain perkataan. Berapapun onkos yang tersedia,
perusahaan harus memilih kombinasi yang akan menghasilkan jumlah output tertinggi.
Masalah yang
dihadapi oleh seorang pengusaha sama dengan yang dihadapi oleh seorang
konsumen. Isoquant menunjukan jumlah
output dimana pengusaha dapat mengkonsumsikan berbagai kombinasi input yang
tersedia. Hal ini sejalan ( analog ) denagn kurva indiefernce yang menunjukan
output yang dikonsumsi oleh konsumen untuk mencapai tinglkat kepuasan yang
maksimum. Untuk melengkapi analogi ini diperlukan
Suatu “counterpart”
bagi pengusaha dalam menentukan posisi output yang harus diproduksi yaitu garis
anggaran yang disebut kurva ISOCOST ata “ equal cost “, Y kurva yang menunjukan
berbagai kombinasi input yang dapat dibeli dengan suatu ongkos tertentu. Perubahan
dalam ongkos yang tersedia, dengan harga input tetap, akan menyebabkan pergeseran kurva isocost ke
kanan ( bertambah ) atau ke kiri ( berkurang ). Ditunjukan pergeseran garis
isocost sejajar.
Komentar
Posting Komentar