Tokoh-Tokoh Tasawuf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tasawuf merupakan suatu disiplin ilmu yang berorientasi pada
moralitas berasas keislaman. Tasawuf bertujuan untuk lebih mendekatkan seorang
hamba dengan tuhannya.
Pembahasan mengenai tasawuf dan konsep ilmunya tidak akan lepas
dari tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Tokoh-tokoh tasawuf atau yang biasa
disebut dengan Sufi biasanya identek dengan kehidupan yang sederhana dan
kehidupannya itu hanya ditujukan kepada Allah semata. Kehidupan seorang Sufi
sendiri sudah ada sejak zaman para sahabat Nabi, yakni sejak abad pertama
ketika itu para Sufi mencontoh kehidupan para Khalifah.
Dalam
makalah ini akan dibahas tokoh-tokoh tasawuf yakni pada masa klasik,
pertengahan, modern dan kontemporer. Yang dimana tokoh-tokoh tasawuf tersebut
memiliki pandangan dan pemahan yang berbeda-beda.
B.
Rumusan Masalah
1. Siapa saja
tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik?
2. Siapa saja
tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan?
3. Siapa saja tokoh-tokoh
tasawuf pada masa modern?
4. Siapa saja tokoh-tokoh tasawuf pada masa kontemporer?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh
tasawuf pada masa klasik.
2.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa
abad pertengahan.
3.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa
modern.
4.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf pada masa
kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tokoh Tasawuf
pada Masa Klasik
Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa
sepenuhnya disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa
kezuhudan. Tasawuf pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat
pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan
dan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh
tasawuf pada masa ini yaitu:
1.
Hasan Al-Basri
Nama lengkapnya adalah al-Hasan bin Abi al-Hasan
Abu Sa’id. Dia dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 Masehi dan
meninggal di Basrah pada tahun 110 Hijriah/728 M. Ia adalah putera Zaid bin Tsabit, seorang budak bfudak
yang tertangkap di Maisan, yang kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW.
la memperoleh pendidikan di Basrah. la sempat bertemu dengan sahabat-sahabat
Nabi, termasuk tujuh puluh diantara mereka yang mengikuti perang Badar.
lbunya adalah hamba sahaya bernama Ummu Salamah, istri Nabi. Ia tumbuh
dalam lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Ia menerima
hadits dari sejumlah sahabat dan diriwayatkan bahwa Ali Ibn Abi Thalib
mengagumi akan kehebatan ilmunya.
Dasar pendirian Hasan al-Basri adalah hidup zuhud terhadap dunia, menolak
segala kemegahannya, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan
raja’. “Janganlah hanya semata-mata takut kepada Allah, tetapi ikutilah ketakutan
dengan pengharapan. Takut akan murkaNya, tetapi mengharap akan rahmatNya.” Itulah
ucapannya yang terkenal.
2.
Ibrahim bin Adham
Namanya adalah Ahu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga
bangsawan Arab. Dalam cerita sufia, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang meninggalkan
istana dan mengembara menjalani hidup sebagai seorang pertapa sambil mencari
nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kira-kira pada tahun 160
H/777 M.
Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat
menonjol di zamannya. Kendatipun dia putera seorang raja dan pangeran kerajaan
Balkh, dia tidak terpesona oleh kekuasaan dan kerajaan yang dibawahinya. Dia
lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke
negeri Syam (Syria), di mana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar
lainnya. Suatu ketika ia ditanya: “Mengapa anda menjauhi orang banyak?” Dia
menjawab: “Kupegang teguh agama di dadaku. Dengannya aku lari dari satu negeri
ke negeri yang lain, dari bumi yang kutinggalkan menuju bumi yang akan
kudatangi. Setiap orang yang melihatku menyangka aku seorang pengembala atau
orang gila. Hal ini kulakukan dengan harapan aku bisa memelihara kehidupan
beragamaku dari godaan setan dan menjaga keimananku, sehingga selamat sampai ke
pintu gerbang kematian.
Demikian ungkapan dari seorang Ibrahim bin Adham tampak jelas betapa dia
diliputi rasa takut, seperti halnya semua zahid semasanya, berusaha
sungguhsungguh demi akhirat, sikap zuhud terhadap dunia dan tindakan yang
tidak mengenal kompromi dalam ketaatan yang dilakukannya.
3. Rabi’ah al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah bin Isma’il alAdawiyah
al-Qisiyah. Informasi tentang biografinya begitu sedikit, dan sebagiannya hanya
bercorak mitos. Dia lahir di Basrah pada tahun 96 H /713 M, lalu hidup sebagai
hamba sahaya keluarga Atik. Dia berasal dari keluarga miskin dan dari kecil dia
tinggal di kota kelahirannya. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang
manusia suci dan sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Menurut
sebuah riwayat dia meninggal pada tahun 185 H./801 M. Orang-orang mengatakan
bahwa dia dikuburkan di dekat kota Jerussalem.
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia
mengabdi, melakukan amal saleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap
masuk surga, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin
selalu dekat dengan Allah dan cinta itu pulalah yang membuat ia sedih dan menangis
karena takut terpisah dari yang dicintainya. Pendek
kata, Allah baginya merupakan zat yang dicintai, bukan sesuatu yang harus
ditakuti. Ia menolak semua tawaran
kawin dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin dengannya haruslah meminta izin kepada Allah.
Disimpulkan bahwa Rabi’ah al-Adawiyah, pada abad dua hijriyah, telah merintis konsep zuhud dalam Islam berdasarkan cinta kepada
Allah. Tetapi, dia tidak hanya berbicara tentang cinta Ilahi, namun juga menguraikan ajaran-ajaran tasawuf yang lain, seperti konsep zuhud, rasa sedih, rasa takut, rendah hati, tobat, ridha dan lain sebagainya.
B.
Tokoh Tasawuf pada masa Abad pertengahan
Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf, yaitu pada abad ketiga
dan keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama
kegiatan ruhani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai
dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati
kehidupan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan rasa cinta. Diantara
tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:
1.
Ma’ruf al-Karkhi
Namanya adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia,
namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada
tahun 200 H / 815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi
rasa rindu kepada Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia
dipandang sangat berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.
Ma’ruf
al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham cinta
(al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya
rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi
datangnya semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian,
terutama bertujuan untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf
al-Karkhi, bertujuan sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah.
2.
Abu al-Hasan Surri al-Saqti
Nama lengkapnya
adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid Ma’ruf
al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Ia
meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.
Dalam
menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia
lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya
dengan memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu
dengan Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang
sejati.
Dengan
terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi
dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud
Tuhan. Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya
sensasi, sehingga ia tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.
3.
Abu Sulaiman al-Darani
Nama lengkapnya
ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia dilahirkan di Daran,
sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun 215 H / 830 M. Dia
adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang ‘arif dan
hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan kebersihan
jiwa dan kesucian pribadi.
Diantara
ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian adalah : “Orang tidak dapat
bersikap zuhud terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi Allah
dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada
masalah-masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang yang
‘arif, kalau telah terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah penglihatan mata
lahirnya, sehingga tidak satupun yang dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”. Dalam
sejarahnya al-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas
tentang ma’rifah dan hakikat.
C.
Tokoh Tasawuf pada Masa Modern
Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi
yakni memperkuat tasawuf dengan dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang
sering disebut juga dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan
tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa
ini adalah:
1. Al-Qusyairi
Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin
Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu
pengetahuan pada masanya. Dan Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.
Ajaran-ajaran
Taswuf Al-Qusyairi adalah mengembalikan
tasawuf ke landasan Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah
Al-Qusyairiyyah, dikaji secara medalam, akan tampak secara jelas bagaimana
Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah,
sebagaimana pernyataannya, “Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para
sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga
terpeliharalah doktrin mereka dari penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat
dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu Sunnah, yang tidak tertandingi serta
mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama, dan bisa mewujudkan sifat sesuatu
yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh aliran ini. Selain ajaran
mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga memberikan
ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para sufi
dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.
2. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin
ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir
di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang
pemintal kain wol miskin yang taat.
Di dalam
tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah
Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut Al-Ghazali,
jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan
jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat
lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat
Allah. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah,
dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah jalan yang
paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam
mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya kenabian. Selain cahaya
kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya yang lebih mampu member
penerangan.
D.
Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer
Masa ini adalah
masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara
rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat yunani.
Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara Tuhan dan hamba
kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep Wahdatul Wujud.
Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :
1.
Ibn Arabi
Nama lengkapnya
Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di
Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang telah
dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan masih
banyak lagi.
Ajaran tasawuf
dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud ( kesatuan wujud ) yaitu bahwa wujud semua
yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah wujud
khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat. Menurut Ibn
Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat
alam. Tidak ada perbedaan antara a’bid ( menyembah ) dengan
ma’buat ( yang disembah ), keduanya adalah satu.
Selain itu
ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini tidak
dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad. Menurut
beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan
kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan
wujud hakekat muhammadiyah sebagai emanasi ( pelimpahan ) pertama dari wujud
Tuhan kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam
semesta.
2.
Umar Ibn Al-Faridh
Umar Ibn
Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia hidup
dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia meninggal
di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair pencintaan kepada
Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan.
Dorongan rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali adalah kesaksian
terhadap yang haq, yang mutlak dan jujur, timbul dari kebersihan jiwa dan
terang jernihnya penglihatan mata rohani.
Syair kecintaan
pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi berpuluh dan
beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir
syair-syair shufiyah.
3.
Ibnu Sabi’in
Nama lengkapnya
Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr. Dilahirkan pada
tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah seorang sufi yang juga
filosofnya dari Andalusia.
Ajaran-ajaran
tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu alias wujud
Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang pertama. Wujud
Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini maupun
masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada wujud
mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut,
merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak
ataupun pengakraban dengan Allah.
4.
Ibn Masarrah
Nama lengkapnya
adalah Muhammad bin Abdullah bin Massarah. Ia lahir di Cordova, Andalusia pada
tahun 269 H/883 M. Ibn Masarrah merupakan seorang sufi sekaligus filosof dari
Andalusia juga. Ia memberikan pengaruh besar terhadap esoteric mazhab
Al-Mariyyah. Ia termasuk sufi aliran ittihadiyyah. Ia penganut sejati aliran
Mu'tazilah. Namun berpaling pada mazhab Neoplatonisme. Oleh karena itu ia
dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat Yunani kuno.
Ajaran tasawufnya yaitu, Jalan menuju
keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan mahabbah, Dengan penakwilan ala
philun ( aliran isma’iliyyah ) terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, ia menolak adanya
kebangkitan jasmani dan siksa neraka bukanlah dalam bentuk yang hakikat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tokoh-tokoh tasawuf pada masa klasik
yakni hasan al-basri dengan kehidupan zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham dengan
kehidupan zuhudnya juga dan Rabi’ah al Adawiyah dengan Cintanya kepada Allah.
2. Tokoh-tokoh tasawuf pada masa abad pertengahan yakni, Ma’ruf al-Karkhi
dengan cintanya terhadap allah, Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya
sebagai hamba Allah dan Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.
3. Tokoh-tokoh
pada masa modern yakni ada Al-Qusyairi dan Al-Ghazzali sama-sama dengan ajaran
tasawufnya yakni sunni.
4. Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yakni, Ibnu Arabi dengan kehidupan yang
wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan
ajaran mengembalikan wujud allah, dan Ibnu Masarrah yaitu dengan ajarannya
keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.
B. Saran
Kita sebagai umat islam
wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan kita mempelajari dan
mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita mendekatkan
diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu
tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.
sangat membantu semoga bermanfaat ilmunya
BalasHapus