MAKALAH HADIST ETIKA EKONOMI

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

Ekonomi bagi manusia sangatlah erat dan penting untuk kita pelajari. Begitu juga ekonomi syariah, yang harus kita ketahui agar tahu bagaimana sebuah ekonomi ini berjalan dengan syariat islam. Dan juga di agama islam pun telah diajarkan berbagai macam perilaku yang berhubungan dengan ekonomi
Disini kita akan menjelaskan beberapa etika ekonomi islam, keadilan dan kesejahteraan ekonomi islam menurut hadist yang bertujuan semoga pembaca tahu bahwa pentingnya mengetahui apa saja etika ekonomi, keadilan dan kesejahteraan ekonom islam. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan etika?
2.      Apa yang dimaksud dengan etika ekonomi islam?
3.      Apa pengertian keadilan dan kesejahteraan?
4.      Apa saj hadist etika ekonomi yang berhubungan dengan keadilan dan kesejahteraan ekonomi islam menurut hadist?

C.    Tujuan dan Manfaat

1.      Untuk mengetahui apa itu etika
2.      Untuk mengetahui pengertian etika ekonomi islam
3.      Untuk mengetahui pengertian keadilan dan kesejahteraan
4.      Untuk mengetahui hadist hadit tentang etika ekonomi yang berhubungan dengan keadilan dan kesejahteraan ekonomi islam.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Etika Ekonomi

Etika memiliki dua pengertian. Pertama, etika sebagaimana moralitas, berisikan nilai dan norma – norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia. Kedua, etika sebagai refleksi kritis dan rasional. Jadi, etika ekonomi islam dapat berarti melakukan kegiatan ekonomi dengan norma-norma atau perilaku yang berhubungan dengan islam.

B.     Keadilan Dan Kesejahteraan

1.      Keadilan

2.      Kesejahteraan

Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera, aman sentosa, makmur, ketenteraman, kesenangan hidup, dan lain sebagainya. Kesejahteraan juga berarti kondisi yang menghendaki terpenuhinya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan.Adapun kesejahteraan social menurut Quraisy Shihab yaitu tercermin di surga yang dihuni oleh nabi Adam as dan Siti Hawa yang merupakan kesejahteraan surgawi yang diinginkan oleh makhluk yang hidup di dunia ini.

C.    Etika Ekonomi Yang Berhubungan Dengan Kesejahteraan Dan Keadilan Ekonomi Islam

Ada beberapa macam hadist tentang etika ekonomi yang juga berhubungan tentang keadilan dan kesejahteraan ekonomi islam sebagai berikut:

1.      Jujur

Rufa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama nabi saw., ke mushala. Kemudian beliau menyaksikan ada orang saling melakukan jual-beli. Beliau bersabda: “hai para pedagang.“  mereka kemudian mengangkat kepala dan pedagang mereka tertuju kepada beliau, untuk memenuhi panggilannya. Beliau bersabda: “bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat sebgai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, taat dan jujur”. (HR. Imam At-Tirmidzi). Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa seorang pedagang harus mempunyai watak yang jujur kepada pembeli, seperti tidak berlaku curang terhadap pembeli.

2.      Amanah

(Hadist Bukhari – 2484) Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari Shalih dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidulloih bin 'Abdullah bahwa 'Abdullah bin 'Abbas radliallahu 'anhuma mengabarkannya berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Sufyan bahwa Raja Heraklius berkata kepadanya: "Aku telah bertanya kepadamu apa yang dia perintahkan kepada kalian, lalu kamu menjawab bahwa dia memerintahkan kalian untuk shalat, bershadaqah (zakat), menjauhkan diri dari berbuat buruk, menunaikan janji dan melaksankan amanah". Lalu dia berkata; "Ini adalah diantara sifat-sifat seorang Nabi". Dalam hadist ini memberitahu kita bahwa pentingnya melaksanakan amanah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan Nabi s.a.w. seperti melaksanakn shalat, zakat dan hal-hal yang bermanfaat bagi manusia

3.      Murah Hati

 “Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, Bab Hifzhu Al-Lisan IV/221).
Dari hadits diatas termasuk etika bisnis adalah bermurah hati pada konsumen, dengan sikap murah hati kita dapat menarik konsumen lebih banyak, mereka merasa dihargai, merasa dihormati, merasa nyaman , terciptanya sebuah kepuasan bisnis dan komunikasi yang baik.

4.      Tidak Melupakan Akhirat

Dalam hadist telah dijelaskan bahwa Nabi s.a.w bersabda yang artinya: “ Akan datang kepada umatku suatu masa dimana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara pula.
1.      Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat. Saat ini sudah nampak betapa manusia telah melupakan akhirat yang kekal abadi, manusia sangat bersemangat dalam perkara dunia namun ketika perkara akhirat disajikan mereka berpaling, jika kita bandingkan manakah yang paling banyak menjadi bahan pembicaraan apakah perkara dunia ataukah akhirat?. Tentu kita akan menjawab perkara dunialah yang mengungguli, inilah kekhawatiran Rasulallah akan menimpa umatnya yaitu manusia akan ditutupi dunia, sehingga mereka tidak mampu melihat akhirat karena ditutupi oleh gemerlap dunia
2.      Meraka mencintai kehidupan dan melupakan kematian, Setiap kita pasti yakin bahwa kita akan mati, mungkin tidak ada suatu perkara didunia ini yang keyakinan kita melebihi datangnya kematian, namun walaupun manusia yakin dengan kedatangannya banyak orang yang melupakannya, lupa seolah-olah dia tidak akan mati walaupun ia sering melihat kematian seseorang namun sedikit yang membuatnya jadi pelajaran. Manusia sebenarnya didunia ini tertidur pulas, ketika datang kematian kita akan terbangun dan sadar, sadar dari perbuatan-perbuatannya waktu didunia, disanalah manusia menyesal karena tidurnya terlalu pulas hingga tak sempat mengumpulkan bekal dan mereka berkata” ya Tuhan kembalikan kami kedunia, kami pasti akan menjadi orang yang shaleh, kami pasti akan shalat, kami pasti akan zakat, namun permintaann dan penyesalannya tiada arti, mereka sudah mati. Oleh karena itulah mintalah dan menyesallah di dunia ini, karena ketika ajal sudah datang penyesalan tiada artinya.
3.      Mereka mencintai gedung-gedung dan melupakan kuburan. Disaat inilah manusia berlomba-lomba membanguan rumah yang serba mewah, manusia sangat bersemangat membangun rumah di dunia ini namun lupa membangun rumahnya di akhirat, lupa membangun rumah di kuburannya, sehingga ketika mereka mati tak ada tempat yang nyaman baginya, karena mereka tidak pernah membangun rumah akhiratnya ketika di dunia, dia lupa shalat yang 5 waktu lupa kepada kewajibannya sendiri lupa kepada beribadah kepada Allah, padahal kesemuanya itu adalah merupakan bahan bangunan untuk mendirikan rumah yang megah dikubur lebih-lebih disurga.  Namun sesuai janji Allah kubur itu bisa menjadi satu kebun dari kebun surga jika penghuninya orang yang taat kepada Allah, dan bisa menjadi satu lubang dari api neraka jika penghuninya adalah orang yang maksiat.
4.      Mereka mencintai harta mbenda dan melupakan hisab di akhirat. Manusia memang sangat suka dengan harta, namun jangan dengan kecintaan itu lalu membuat kita lupa bahwa harta kita itu akan di hisab kelak.  Hisab adalah penghitungan dan pertanyaan darimana kita memperoleh harta dan kemana kita belanjakan, jika pertanyaan ini bisa dijawab dengan baik dan bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Allah maka harta itu pun akan menjadi penolong bagi kita. Namun jika harta itu didapatkan dari jalan haram dari mencuri, berjudi dan sebagainya maka harta itu akan membuat pemiliknya celaka, begitu juga jika harta itu didapatkan dari jalan yang halal namun digunakan untuk sesuatu yang dimurkai Allah maka itupun akan membuat celaka. Maka ketika kita memperoleh harta yang halal kita gunakan untuk menunaikan kewajiban kita dan mengabdi kepada Allah dengan menafkahi keluarga, membayarkan zakatnya, dan bershodaqoh maka harta itu akan menjadi penolong kita.
5.      Mereka mencintai mahluk dan melupakan khaliqnya. Sungguh apa yang disabdakan Rasulallah amatlah benar, dizaman sekarang ini manusia kebanyakan hanya mencintai makhluk dan lupa kepada pencipta, manusia tidak melihat tanda-tanda kebesaran Allah karena tertutupi oleh nafsu dunia yang dihiasi dengan makhluk, sehingga tidak heran terjadi bencana dimana-mana karena dengan itulah Allah akan membuat manusia ingat kepada-Nya, karena telah terlampau lupa kepada Allah, ketika diberikan kemwahan dan kebahagiaan manusia kebanyakan melupakan Allah, hingga dalam kemewahan itu Allah menurunkan bencana supaya Dia di ingat. Disaat suatu negeri, sudah tidak ada lagi yang mengingat Allah maka akan ditegur oleh Allah supaya mereka menjadi ingat. Jika disuatu negeri juga tidak ada majlis zikir, majlis ilmu dan tak ada yang peduli dengan majlis ini maka turunlah bencana, namun karena didunia ini masih banyak majlis zikir masih banyaak orang-orang yang mengingat Allah hingga akhirnya bencana itupun di tahan oleh Allah. Oleh karena itu marilah kita meramaikan majlis majlis zikir, majlis-majlis ilmu karena Allah akan menurunkan rahmat dan cinta-Nya kepada manusia yang selalu mengingat-Nya.

5.      Pelarangan Riba

Dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w bersabda : “pada malam  isra’ mi’raj mendatangi orang-orang yang perutnya bagaikan rumah ular yang dapat dilihat dari luar. Saya bertanya kepada jibril siapa mereka. Dia menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan riba”. (Ibnu Majah. Kitab al Tijarat, Bab al al taqhilizifi al riba : juga diriwayatkan oleh Ahmad).
Dan dari Jabir, Nabi s.a.w, mencela penerima dan pembayar bunga, orang yang mencata begitu pula yang menyaksikan transaksi dimaksud. Beliau bersabda: “mereka semua sama-sama berada dalam dosa”. (muslim, kitab al musaqat, bab la’ni akili al riba wa mu’kilihi; juga diriwayatkan dalam tirmizi dan diriwayatkan oleh ahmad).
Dalam hadist tersebut di atas, memberitahu kita bahwa riba itu sangat dibenci Allah swt. Dan bagi pelakunya akan berada dalam dosa, dan sangat dianjurkan untuk setiap manusia menghindari riba karena riba tersebut haram karena memakan uang orang lain.

6.      Tulus

Tulus dalam melakukan hal-hal itu perlu. Salah satunya dalam menumbuhkan ekonomi dalam masyarakat. Dengan hal ini pejabat pemerintah tidak boleh lengah akan tugas dan tanggung jawab mereka mewujudkan  kesejahteraan umat karena, sebagaimana Nabi s.a.w bersabda: “barang siapa dipercaya oleh masyarakat tetapi tidak melakukannya dengan tulus tidak akan memperoleh surga, bahkan baunya sekalipun”. Hadist tersebut menjelaskan untuk kita bahwa melakukan sesuatu hal untuk mensejahterakan masyarakat atau lingkungan kita dengan tulus dan iklhas.

7.      Politik Ekonomi Islam

Politik ekonomi islam adalah jaminan tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer tiap orang secara menyeluruh. Oleh karena itu politik ekonomi islam bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf  kehidupan dalam sebuah negara, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang untuk menikmati kehidupan tersebut dalam sebuah hadist: bahwa rasulullah saw telah menyalami tangan Sa’ad ngapal (bekas-bekas karena dipergunakan bekerja). Kemudian hal itu ditanyakan oleh nabi s.a.w., lalu sSa’ad menjawab: “saya selalu mengayunkan skrop dan kapak untuk mencari nafkah keluargaku.” Kemudian Rasulullah saw., menciumi tangan Sa’ad dengan bersabda: “(inilah) dua telapak tangan yang disukai oleh Allah SWT.” Rasulullah juga bersabda: “ tidaklah seseprang makan sesuap sja yang lebih baik, selain ia makan dari hasil kerja tangannya sendiri.” . hadist tersebut menjelaskan tentang mendorong kita agar bekerja dan mencari rezeki serta bekerja untuk memperoleh harta dan mendorong agar menikmati harta serta makan-makanan yang halal.

8.      Mudharabah

Mudharabah adalah perseroan antara dua orang dalam suatu perdagangan. Dimana perseroan adalah salah satu bentuk muamalah yang telah dinyatakan kebolehannya oleh syara’. Dari abu hurairah, nabi s.a.w bersabda: “ pelindungan Allah swt., diatas dua orang yang melakukan perseroan, selama mereka tidak saling menghianati”. Hadist ini menjelaskan tentang seorang yang melakukan mudharabah masing masing pengelola berhak memiliki harta yang merupakan hasil keuntungan dari transaksi perseroan mudharabah karena kerjanya, sesuai dengan prosentasi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.


BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Etika ekonomi islam adalah melakukan kegiatan ekonomi yang berdasarkan norma-norma agama yang bertujuan untuk mendapatkan keadilan dan kesejahteraan bagi manusia. Pengertian keadilan adalah tidak berat sebelah atau tidak memihak salah satu, sedangkan kesejahteraan adalah kondisi yang menghendaki terpenuhinya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan.Seperti melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi dengan jujur kepada sesama, amanah jika mendapat perintah, murah hati terhadap sesama, tetap tidak melupakan akhirat, menghindari riba, tulu, bertanggung jawab dan tidak berhianat.

B.     Saran

Makalah  ini kami buat berdasarkan buku-buku tentang ekonomi islam. Untuk itu jika ada salah dalam penjelasan atau salah dalam pengetikan serta sedikitnya referensi hadist tentang etika ekonomi, kesejahteraan dan keadilan ekonomi islam  kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HADIST ANJURAN UNTUK BEKERJA

Tokoh-Tokoh Tasawuf

FILSAFAT ILMU: AKSIOLOGI ILMU