seminar proposal (determinan kabupaten kudus tahun 2013-2017)
A.
Latar
belakang
Kemiskinan
adalah masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan adalah sebuah
masalah atau momok yang banyak menjadikan pusat perhatian di berbagai penjuru
dunia. Meski dari tingkat persentase yang berbeda dari satu negara ke negara
lain tidak ada satupun negara yang kebal dan terlepas dari masalah
“kemiskinan”. Semua negara sepakat bahwa masalah kemiskinan merupakan problema
yang menghambat kesejahteraan dan peradaban, semua manusia setuju bahwa
kemiskinan harus bisa di tanggulangi.
Salah satu untuk menanggulangi atau memberantas
kemiskinan yaitu dengan cara pembangunan di segala sector, pembangunan
merupakan perubahan menuju ke arah kemajuan. Perubahan tersebut berdasarkan
norma-norma tertentu, pembangunan juga dapat diartikan sebagai rangkaian usaha
dan kegiatan yang dimaksudkan untuk
mencapai keadaan lepas landas atau keadaan yang penuh dengan dorongan kearah
kemajuan yang lebih baik sehingga dapat
dikatakan tujuan utama dari pembangunan adalah untuk meminimalisir atau
mengurangi jumlah kemiskinan.
Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tenagh,
teraetak antara 4 (empat) Kabupaten yaitu sebelah utara berbatasan dengan denga
Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Grobogan dan Kabupaten Pati serta
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Kabupaten Demak.
Letak kabupaten kudus antara
110°36’ dan 110°50’ bujur timur dan
antara 6°51’ dan 7°16’ lintang selatan. Jarak terjauh daei Barat ke timur
adalah 16km dan dari utara ke selatan 22km.
Tahun 2017 presentase penduduk
miskin di Provinsi Jawa tengah sebesar
13,01 persen. Kabupaten yang memiliki presentase terbesar adalah Kabupaten Wonosobo
dengan presentase sebesar 20,32 persen, diikuti Kabupaten Kebumen sebesar 19,6
persen. Presentase penduduk miskin terendah pada Tahun 2017 adalah kota
Semarang sebesar 4,62 pesen diikuti Kota Salatiga dengan presentase 5,07
persen. Kabupaten Kudus memiliki presentase penduduk miskin sebesar 7,59 persen
atau peringkat empat Kabupaten yang memiliki presentase penduduk miskin
terendah.
Dilihat dari
Kabupaten-kabupaten yang berada di sekitar Kabupaten Kudus, terlihat bahwa
Kabupaten Kudus memiliki presentase penduduk miskin paling kecil, diikuti
Kabupaten Jepara memiliki dengan presentase 8,12 persen dan Kabupaten Pati
sebesar 11,38 persen.
Pendidikan adalah ssalah satu factor yang sangat
penting karena dapat meningkatkan pembangunan suatu bangsa, karena apabila
suatu bangsa ingin maju adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan.
Apabila sebuah negara tingkat pendidikannya baik serta tinggi sudah dipastikan
sebuah negara tersebut akan maju karena tingkat IQ masyarakatnya sangat tinggi,
apabila tingkat IQ nya tinggi pasti mudah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan
dan apabila sudah mendapatkan pekerjaan maka sudah dipastikan angka atau
tingkat kemiskinan di suatu negara tersebut akan mengalami penurunan.
Sekarang Indonesia sudah melaksanakan sistem wajib
belajar minimal 12 tahun yang dulunya sampai 9 tahun saja, dimana sistem
tingkat pendidikan ini di naikan atau ditambah sampai 12 tahun tidak lain adalah
untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia agar warga masyarakatnya
mengenyang pendidikan yang layak serta mampu mendapatkan pekerjaan yang layak
pula.
Masalah kesehatan adalah sebuah masalah atau momok
yang menakutkan yang sering diahadapi dan tak lepas dari kaum miskin hal ini
diakibatkan karena kurangnya ekonomi dalam memperbaiki taraf hidup serta
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, tingkat kesehatakan akan berpengaruh
terhadapa tingkat kesejahteraan masyarakat dan memiliki keterkaitan terhadap
kemiskinan.
Kesehatan merupakan salah satu factor yang
mensukseskan suatru pembangunan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial, masyarakat yang memiliki tingkat kesehatan yang baik akan mempunya
taraf pekerjaan yang tinggi. Sekarang pemerintah sudah melaksanakan sebuah
program dengan memberikan kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dimana
kartu tersebut menjadi jaminan ketika seseorang sedang sakit dan harus berobat
ke rumah sakit tetapi tidak mempunyai uang sama sekali, dengan adanya kartu
tersebut taraf kesehatan manusia di Indonesia menjadi meningkat dan dengan
kartu tersebut pula warga masyarakat ketika ingin berobat ke rumah sakit tanpa
membayar uang sepeserpun kepada rumah sakit yang menanganinya.
Salah satu momok yang paling menakutkan dan dialami
setiap negara di dunia adalah pengangguran, diamana pengangguran tersebut akan
menghambat kinerja pembangunan dalam sebuah negara, setiap negara mempunyai
tujuan masing-masing untuk menanggulangi pengangguran tersebut, di inonesia
saja kini pemerintah sedang gencar-gencarnya membuat lapangan pekerjaan yang
banyak serta baru tidak lain tujuannya adalah untuk menurunkan angka
pengangguran. Pemerintah juga memberikan balai latihan kerja (BLK) tidak lain
tujuannya adalah untuk memberikan keterampilan bagi warga msyarakatnya sesuai
dengan minat dan bakat yang ia punya agar lebih cepat serta mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Sebuah negara yang mempunyai angka pengangguran yang
sedikit sudah dipastikan negara tersbut maju dikarenakan pendapatan
masyarakatnya banyak dan meningkat, dan sebaliknya apabila sebuah negara
mempunyai angka pengangguran yang tinggi sudah dipastikan bahwa negara tersebut
baru sampai pada level negara berkembang
Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan, pengelola zakat sekarang ini dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan cara pengelola zakat konsumtif dan produktif. pengelolaan
zakat secara konsumtif dengan pengumpulan dan pendistribusian yang dilakukan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahiq (orang yang menerima zakat) berupa pemberian bahan
makanan dan lain-lain serta bersifat pemberian untuk konsumsi secara langsung,
sedangkan pengelolaan zakat produktif dilakukan melalui pengelolaan zakat
dengan tujuan pemberdayaan dan biasa dilakukan dengan cara bantuan modal bagi
pengusasa lamh. Pembinaan, pendidikan gratis dan lain-lain. Dengan demikian
diterapkan secara bertahap masyarakat miskin yang dahulunya menjadi penerima
zakat (mustahiq) menjadi pemberi zakat (muzakki)
Dari paparan di
atas penulis tertarik untuk membuat judul “determinan
kemiskinan di Kabupaten Kudus
pada Tahun 2013-2017”
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus ?
2.
Apakah
pengaruh kesehatan terhadap kemiskikana di Kabupaten Kudus?
3.
Apakah
pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus?
4.
Apakah
pengaruh zakat terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus?
C.
Tujuan
penelitian dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
penelitian
a.
Untuk
mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus
b.
Untuk
mengetahui pengaruh kesehatan terhadap kemiskinan di Kabupaten kudus
c.
Untuk
mengetahui pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus
d.
Untuk
mengetahui pengaruh zakat terhadap kemiskinan di Kabupaten Kudus
2.
Manfaat
Penelitian
a.
Bagi
Penulis
Merupakan
suatu pemebelajaran untuk mengetahui Determinan Kemiskinan Di Kabupaten Kudus, sehingga penulis dapat mempraktekkan teori yang
dipelajari selama dinagku kuliah serta dapat menganalisa dan memcahkan suatu
permasalahan
b.
Bagi
Pihak Lain
Diharapkan
dapat memberikan pehaman terkait dengan Kemiskinan dan sebagai bahan referensi
peneliti lain, dalam Determinan Kemiskinan Di Kabupaten Kudus
D.
Landasan
Teori
1.
Kemiskinan
a.
Pengertian
Kemiskinan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemiskinan
mempunyai definisi keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan, minuman, sandang, pangan dan papan hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga erat kaitannya dengan
keterbasan pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan,
akibatnya sering di kucilkan dan kehilangan kehormatan sebagai warga negara.
Menurut Hall dan Midgley
pengertian kemiskinan adalah kondisi
depraviasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar
kehidupan yang layak, atau kondisi dimana individu mengalami depraviasi relatif
dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
Istilah “Negara Berkembang” sering merujuk kepada
negara-neagara “miskin” hal ini dikarenakan kurangnya pemberdayaan yang tidak
tepat dengan sasaran alhasil setiap tahunnya angka atau tingkat kemiskinan
selalu naik. Kemiskinan selalu
menjadi momok menakutkan bagi setiap negara di dunia bukan hanya negara
berkembang yang mengalami masalah tersebut tetapi terjadi juga pada negara-negara
maju lainnya.(Pd, n.d.)
b.
Mengukur
Kemiskinan
Kemiskinan bisa
dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolute (situasi penduduk yang hanya
bisa memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan perumahan) dan Kemiskinan relative (kondisi miskin karena
pengaruh kebijakan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan). Kemiskinan absolut mengacu pada satu
set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Kemiskinan
Absolut dapat dicontohkan dengan upah minimum regional (UMR) apabila seseorang
bekerja dan mendapatkan upah dibawah upah minimum regional (UMR) maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang tersebut dikatakan miskin, dan sebaliknya apabila
seseorang bekerja dan mendapatkan upah diatas upah minimum regional (UMR) maka
seseorang tersebut bisa dikatakan orang yang tidak miskin.(Nurwati, 2008: 20)
c.
Penyebab
Kemiskinan
Kemiskinan dapat dihubungkan dengan:
1)
penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
2)
penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga
3)
penyebab
sub-budaya ("subcultural"), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar
4)
penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi
5)
penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan
pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat
(negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
d.
Kemiskinan di Kabupaten Kudus
Tahun 2017 presentase penduduk
miskin di Provinsi Jawa tengah sebesar
13,01 persen. Kabupaten yang memiliki presentase terbesar adalah Kabupaten
Wonosobo dengan presentase sebesar 20,32 persen, diikuti Kabupaten Kebumen
sebesar 19,6 persen. Presentase penduduk miskin terendah pada Tahun 2017 adalah
kota Semarang sebesar 4,62 pesen diikuti Kota Salatiga dengan presentase 5,07
persen. Kabupaten Kudus memiliki presentase penduduk miskin sebesar 7,59 persen
atau peringkat empat Kabupaten yang memiliki presentase penduduk miskin
terendah.
Dilihat dari
Kabupaten-kabupaten yang berada di sekitar Kabupaten Kudus, terlihat bahwa
Kabupaten Kudus memiliki presentase penduduk miskin paling kecil, diikuti
Kabupaten Jepara memiliki dengan presentase 8,12 persen dan Kabupaten Pati
sebesar 11,38 persen. (BPS Kabupaten
Kudus)
e.
Kemiskinan
di Indonesia
Pengentasan kemiskinan tetap menjadi masalah utama
yang mendesak di negara Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang mendapatkan
penghasilan di bawah upah minimum regional (UMR) per bulan dapat dikatan
miskin, sebaliknya apabila seseorang mendapatkan penghasilan diatas upah
minimum regional maka dikatakan seseorang tersebut dapat dikatakan tidak
miskin.
Ada tiga ciri
yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia.
Pertama, banyak rumah tangga
yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP
AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin
tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada
pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya.
Banyak orang yang mungkin tidak tergolong
(miskin dari segi pendapatan) dapat dikategorikan sebagai miskin atas
dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya
indikator-indikator pembangunan manusia.
Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar
daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia. (Nurmalita & suryandi, 2017)
f.
Prioritas
Untuk Pengentasan kemiskinan
Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi
Indonesia terdiri dari tiga komponen:
1)
Membuat
Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
2)
Membuat
Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
3)
Membuat
Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
2.
Pendidikan
a.
Pengertia
Pendidikan
Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya,masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam upaya
mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development),
sektor pendidikan memainkan peranan sangat strategis yang dapat mendukung
proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Dalam konteks ini, pendidikan
dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan
pendidikan aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk
meningkatkan kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. ( Nurmalita & suryandi, 2017)
Sekarang pemerintah Indonesia sudah melaksanakan program
pendidikan wajib belajar 12 tahun tujuan utama adanya pelaksanaan program
tersebut tidak lai adalah masyarakat agar tersadar akan pentingya pendidikan
dimasa depan, karena dengan adanya pendidikan seseorang akan mempunyai pegangan
serta lebih mudah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak sesuai dengan
keahliannya masing-masing.
Keadaan
pendidikan penduduk secara umum dapat diketahui dari beberapa indikator seperti
angka partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah.
1)
Angka
Partisipasi Sekolah
Angka
partisipasi sekolah merupakan indikator penting dalam pendidikan yang
menunjukkan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat dalam
sistem persekolahan. Adakalanya penduduk usia 7-12 tahun belum sama sekali
menikmati pendidikan, tetapi ada sebagian kecil dari kelompok mereka yang sudah
menyelesaikan jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar
2)
Tingkat
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Rendahnya
tingkat pendidikan dapat dirasakan sebagai penghambat dalam pembangunan.Dengan
demikian, tingkat pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk.Keadaan seperti ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri yakni
merupakan usaha sadaruntuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan
diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup.
3)
Angka
Melek Huruf
Salah
satu variabel yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata
adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek
huruf.Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan
ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan membaca dan menulis yang
dimiliki akan dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses
pembangunan.
4)
Rata-rata
Lama Sekolah
Rata-rata
lama sekolah mengindikasikan makin tinggi pendidikan yang dicapai oleh
masyarakat disuatu daerah.Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin
tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Rata-rata lama sekolah merupakan
rata-rata penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah menyelesaikan pendidikan di
seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti.
b.
Pendidikan di Kabupaten Kudus
Penduduk
yang bersekolah secara umum mengalami fluktuasi selama periode tahun ajaran
2013/2014-2017/2018, hal ini dapat dilihat dari banyaknya murid di beberapa
jenjang pemdidikan yang mengalami
kenaikan dan penurunan. Pada tingkat pendidikan dasar yaitu SD (Negeri dan
Swasta) di tahun ajaran 2017/2018 jumlah murid yang bersekolah mengalami
penurunan sebesar 0,35 persen dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya.
Untuk pendidikan di SLTP (Negeri dan Swasta) mengalami kenaikan jumlah murid
sebesar 0.60 persen, sedangkan di SLTA (Negeri dan Swasta) juga mengalami
kenaikan sebesar 5,32 persen.
Peningkatan
jumlah penduduk yang berekolah, tentunya harus diimbangi dengan penyediaan
sarana dan prasaran serta tenaga guru yang memadai. Pada Tahun ajara 2017/2018
tersedia umlah SD sebanyak 444 unit dan MI sebanyak 141 unit, SLTP dan MTs
masing-masing sebanyak 49 dan 66 unit, untuk SLTA (SMU dan SMK) dan MA
masing-masing ada sebanyak 46 dan 36 unit.
Jumah
universitas/perguran tinggi pada tahun akademik pada tahun 2017 tercatat ada 8
Universitas, yaitu Universitas Muria kudus (UMK) Institut Agama Islam
(IAIN) Kudus, Sekolah Tinggi Kesehatan
(STIKES), Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi Ilmu Kkesehatan Muhammadiyah,
AKBID Mardi Rahayu, AKBIS Kudus, AKPER Krida Husada Kudus, dan Akademi
kibidanan Muslimat NU Kudus. Pada tahun akademik 2017, secara keseluruhan
mahasiswa tercatat 22,148 orang, dan didukung oleh 542 dosen dan pada tahun yang sama telah berhasil
meluluskan sebanyak 3,522 mahasiswa.(BPS Kabupaten Kudus)
c.
Hubungan
Pendidikan dan Kemiskinan
Pendidikan (formal dan non formal) bisa berperan
penting dalam menggurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak
langsung melalui perbaikan produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun
secara langsung melalui pelatihan golongan miskin denganketrampilan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan mereka.
pendidikan merupakan cara untuk menyelamatkan diri
dari kemiskinan. Todaro menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan
pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peranan kunci dalam
membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan.(Kecil, Tingkat,
& Kasus, 2014)
3.
Kesehatan
a.
Pengertian
Kesehatan
Dalam undang-undang No 36 tahun 2009, kesehatan
didefinisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Beberapa ekonom beranggapan bahwa kesehatan adalah
menjadi salah satu factor untuk menopang kehidupan ekonomi, hal itu dikarekan
apabila seseorang sehat badan, akal serta fikirannya secara otomatis seseorang
tersebut dapat bekerja secara maksimal sesuia dengan keahliannya
masing-masing.Oleh sebab itu, kesehatan dianggap sebagai modal yang memiliki
tingkat pengembalian yang positif baik untuk individu perorangan maupu untuk
masyarakat luas. (Diah Retnowati,
2014)
Ekonomi kesehatan
sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi pada sector kesehatan,
sehingga dengan demikian ekonomi kesehatan berkaitan erat dengan hal-hal
sebagai berikut:
1)
Alokasi
sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan.
2)
Jumlah
sumber daya yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.
3)
Pengorganisasian
dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4)
Efisiensi
pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5)
Dampak
upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan pada individu dan
masyarakat.
b.
Kesehatan di Kabupaten Kudus
Peningkatan sarana kesehatan
sangat diperlukan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain pemerintah, peran swasta dalam menunjang sarana kesehatan juga cukup
tinggi. Pada Tahun 2017 untuk jumlah rumah sakit umum pemerintah ada sebanyak 2
buah, sementara rumah sakit uumum swasta ada sebanyak 5 buah.
Sarana kesehatan yang lain
adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yang merupakan srana kesehatan
yang terjangkau dan dapat menunjang kesehatan masyarakat hingga sampai
pedesaan. Pada tahun 2017 jjumlah puskesmas mencapai 19 buah, selain itu masih
terdapat lainnya, seperti puskesmas pembantu, puskesmas perawatan, puskesmas
keliling dan balai pengobatan yang tersebar di seluruh kecamatan. Pada Tahun
2017 terdapat 102 apotik dan 8 toko obat. Semua kecamatan memiliki apotek/toko
obat dan sebagian besar berada di kecamatan Kota Kudus.
Jenis penderita penyakit
tertentu menurut Sinas Kesehatan Kabupaten Kudus tahun 2017 banyak menyerang
penduduk adalah penyakit diare sebanyak 11.085 orang dan demam berdarah
sebanyak 110 orang. Kegiata lain yang dilaksanakan instansi tersebut adalah
pembinaan balita yang merupakan salah satu indikator kesehatan anak, pada tahun
2017 tercatat sebesar 94,28 persen dari balita yang ditimbang berstatus baik, kemudian
3,38 persen gizi kurang, dan 0,74 persen
berstatus gizi buruk. (BPS kabupaten Kudus)
c.
Hubungan
Kesehatan Dengan Kemiskinan
intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari
pemerintah juga merupakan suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi
kemiskinan. Salah satu faktor yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan
kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin: kesehatan yang lebih
baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan
menaikkanoutput energi. Oleh karena, itu kesehatan yang baik akan berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan.
Sekarang pemerintah sudah meluncurkan terobosan baru
mengenai hal kesehatan yaitu dengan memberikan kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) dimana kartu tersebut sebagai jaminan ketika seseorang
sedang sakit dan harus dirawat di rumah sakit, dengan adanya kartu tersebut
taraf kesehatan di Indonesia menjadi meningkat.
4.
Pengangguran
a.
Pengertian
Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu
tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan
yangdiinginkannya.Pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan
keadaan yang menyebabkannya, yaitu pengangguran friksional,struktural
dankonjungtur, sedangkan jenis-jenis pengangguran berdasarkan cirinya adalah
sebagai berikut(Diah Retnowati,
2014)
1)
Pengangguran
Terbuka
Pengangguran
terbuka terjadi sebagai akibat pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang tidak
seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga banyak tenaga kerja
yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja
tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan
usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
2)
Pengangguran
Tersembunyi
Keadaan
dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya
melebihi dari yang diperlukan.
3)
Pengangguran
Musiman
Pengangguran
yang terjadi di masa-masa tertentu dalam satu tahun. Fenomena ini bisa terjadi
pada sektor pertanian dimana petani akan mengaggur saat menunggu masa tanam dan
saat jeda antara musim tanam dan musim panen
4)
Setengah
Menganggur
Setengah
Menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
ketiadaan lapangan kerja atau pekerjaan,atau pekerja yang bekerja kurang dari
35 jam seminggu.
b.
Hubungan
Pengangguran dengan Kemiskinan
Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan
berbagai cara. Jika rumah tangga tersebut memiliki batasan likuiditas (yang
berarti bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini)
maka pengangguran akan secara langsung mempengaruhi kemiskinan baik yang diukur
dari sisi pendapatan (income poverty rate) maupun kemiskinan yang diukur dari
sisi konsumsi (consumption poverty rate). Jika rumah tangga tersebut tidak
menghadapi batasan likuiditas (yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu
dipengaruhi oleh pendapatan saat ini) maka peningkatan pengangguran akan
menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu
berpengaruh dalam jangka pendek.(Indriyani, 2016)
5.
Zakat
a.
Pengertian
zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa (lughatan) mempunyai beberapa arti, yaitu keberkahan, pertumbuhan
dan perkembangan, dan kesucian. Dan zakat menurut istilah (syar’iyah) merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanyadengan persyaratan tertentu pula.(Saini, Ekonomi, Melalui, & Produktif, n.d.)
Menurut Undang-Undang RI Nomor
23 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat (2) “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam”.
Dari definisi di atas tentang
makna zakat, maka dapat disimpulkan bahwa zakat adalah harta yang dimiliki
seorang muslim yang apabila sudah mencapai nishobnya maka wajib dikeluarkan
zakatnya dan diberikan kepada mustahik sesuai dengan perintah Allah SWT, hal
ini dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dalam harta orang-orang kaya terdapat
bagian yang merupakan bagian hak untuk
orang miskin. Islam telah memberikan tuntunan kepada umat Islam dan ini adalah
salah satu bentuk cara hidup sosial yang peduli sesama manusia. Dimana zakat
merupakan jembatan untuk memperdekat hubungannya dengan sesama manusia.
b. Hubungan
zakat dengan kemiskinan
Zakat
merupakan salah satu instrumen pengentasan kemiskinan yang sangat efektif
karena zakat memiliki berbagai keunggulan. Pertama, penggunaan dana zakat sudah
ditentukan secara jelas dalam syariat (QS. At-Taubah 9:60) yaitu zakat hanya
diperuntukkan bagi delapan golongan (asnaf) yaitu orang-orang fakir, miskin,
amil zakat, muallaf, memerdekakan budak, orangorang yang berutang, fi
sabilillah, dan ibnu sabil.Kedua, zakat memiliki tarif yang rendah dan tetap
serta tidak pernah berubah-rubah karena sudah diatur dalam syariat.Ketiga,
zakat memiliki tarif berbeda untuk jenis harta yang berbeda, dan memberikan
keringanan bagi usaha yang memiliki tingkat kesulitan produksi yang lebih
tinggi.Keempat, zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai
aktivitas perekonomian.Zakat dipungut dari produk pertanian, hewan peliharaan,
simpanan emas dan perak, aktivitas perniagaan komersial, dan barang-barang
tambang yang diambil dari perut bumi. Kelima, zakat adalah “pajak spiritual”
yang wajib dibayar oleh setiap muslim yang terkena kewajiban berzakat dalam
kondisi apapun. Karena itu, penerimaan zakat cenderung stabil dan
berkesinambungan
Jadi
dengan zakat memungkinkan para fakir miskin untuk dapat turut berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat dan juga menjalankan kewajibannya dalam beribadah
kepada Allah SWT, serta turut membangun tatanan masyarakat.Selain itu, mereka
pun merasa menjadi bagian dari masyarakat dan bukan menjadi komunitas yang
tersingkirkan atau sampah masyarakat. Sehingga satu sama lain saling menjaga
dan saling menaungi. (Amalia,
Kasyful Mahalli, 1999)
E.
Penelitian
Terdahulu Yang Relevan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Andri Nurmalita Suryandari (2017) yang berjudul
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2004-2014.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan berpengaruh tidak berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi DIY, Yogyakarta.Sedangkan Kesehatan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi DIY.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sri Kuncoro (2014) yang berjudul Analisis Pertumbuhan
Ekonomi Tingkat Pengangguran Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat pengangguran dan pendidikan berpengaruh siginifikan terhadap tingkat
kemiskinan di jawa timur.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan olehRaihatul
Akmal (2018) yang berjudul Zakat Produktif Untuk Pengentasan Kemiskinan. Hasil
penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
telah mendapatkan zakat produktif menunjukkan tingkat pendapatan yang lebih
tinggi secara signifikan
F.
Hipotesis
Berdasarkan
dengan penjelasan di atas maka hipotesis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H1 pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap Kemiksininan, H2 kesehatan
berpengaruh siginifikan terhadap kemiskininan, H3
pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, H4 zakat berpengaruh secara siginifikan terhadap
kemiskinan.
G.
Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif ini
menggunakan format deskriptif yang bertujuan untuk menjalskan, meringkas
berbagai kondisi atau situasi dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat
dan menjadi objek penelitian ini berdasarkan apa yang terjadi, kemudian
mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran kondisi, situasi ataupun
variabel tersebut.
2. Populasi
dan Sampel
Sebagai
pelengkap dan pendukung dalam penyusunan penelitian, maka penulis mencantumkan
populasi dan sampel, hal ini berguna dalam langkah awal untuk memulai
penelitian.
Menurut
Baley, populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.
Sementara sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti.Oleh karena
itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populsi dan bukan
populasi itu sendiri.
3. Analisis
Data
a. Uji
Normalitas Data
Uji
normalitas bertujuan untuk membuktikan bahwa data yang dipergunakan
berdistribusi normal.Hasil analisis kemudian dibansingkan dengan nilai kritisnya.
Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probilitas, yaitu:
1) Jika
probilitas > 0.05 maka populsi berdistribusi normal.
2) Jika
probilitas < 0.05 maka populasi tidak berdistribusi normal.
b. Analisis
Korelasi Sederhana
Data
dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi
Product momen (r) denga program SPSS. Korelasi pearson product moment
dekembangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1).
Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada
korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.
Sedangkan untuk menentukan signifikansi dari sebuah hipotesis
yang telah dirumuskan, maka diperlukan kaidah keputusan yang akan dijadikan
pedoman, yaitu sebagai berikut:
1) Jika
nilai probilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probilitas sig. Atau
(0.05 ≤ sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
2) Jika
nilai probilitas 0.05 lebih besar atau sama denga nilai probilitas sig. Atau
(0.05 ≤ sig), maka Ho ditolaj dan Ha diterim, artinya signifikan.
H. Sistematika
Penulisan
Bab
I :Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II :Tinjauan
pustaka,
terdiri dari penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran
teoris
dan hipotesis. Bab
III : Metode penelitian, terdiri dari jenis dan sumber
penelitian,
teknik pengumpulan
data serta teknik analisis data. Bab
IV : Hasil
dan
pembahasan, terdiri dari penjelasan deskripsi objekpenelitian dan hasil
analisis
data penelitian. Bab
V : Penutup, dalam bagian ini disajikan
kesimpulan
serta saran untuk penelitian
lebih lanjut.
Daftar
Pustaka
Diah Retnowati. (2014). Pengaruh Pengangguran Terhadap
Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Jawa Tengah, 608–618.
Indriyani, S. N. (2016). ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN
SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA. 4(2).
Kecil, K. U., Tingkat, T., & Kasus, K. (2014). Pendidikan
, Dan Derajat Kesehatan 35 Kabupaten / Kota Di Jawa Tengah.
NURMALITA, A., & SURYANDARI. (2017). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Dan Kesehatan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2004-2014.
Nurwati, N. (2008). Kemiskinan : Model Pengukuran ,
Permasalahan dan Alternatif Kebijakan. 10(1), 1–11.
Pd, S. (n.d.). Kemiskinan dan Penyebabnya di Indonesia.
1–10.
POTENSI DAN PERANAN ZAKAT DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI
KOTA MEDAN Amalia, Kasyful Mahalli. (1999). 70–87.
Saini, M., Ekonomi, P., Melalui, U., & Produktif, Z.
(n.d.). M. Saini Pemberdayaan Ekonomi Ummat Melalui Zakat Produktif. 148–162.
Komentar
Posting Komentar