PERDAGANGAN ANTAR NEGARA OKI (STUDI KASUS HUBUNGAN KERJASAMA NEGARA INDONESIA, ARAB SAUDI DAN SIERRA LEONE)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Menjamurnya berbagai polemik di
dunia terutama di bumi bagian timur serta adanya unsur keagamaan yang menjadi
asal mula dari konflik tersebut, memberikan keterikatan tersendiri bagi para
pemeluk agama islam di suatu negara untuk bergabung bersama dengan
negara-negara islam lainnya, untuk membentuk suatu organisasi keislaman. Tujuan
utama dari oraganisasi ini yaitu membentuk persatuan negara-negara islam,
kerjasama di bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Dikutip dari Wikipedia (2016),
menjelaskan bahwa Organisasi Konferensi Islam (OKI) adalah sebuah organisasi
internasional dengan 57 negara anggota yang memiliki seorang perwakilan tetap
di Perserikatan Bangsa-Bangsa. OKI didirikan di Rabat, Maroko pada 12 Rajab
1389 H (25 September 1969) dalam pertemuan pertama para pemimpin Dunia Islam
yang diselenggarakan sebagai reaksi terhadap terjadinya peristiwa pembakaran
Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh pengikut fanatik kristen dan yahudi di
Yarusalem.
Munculnya berbagai
permasalahan di dunia
terutama di negara timur-
timur serta adanya unsur keagamaan yang menjadi asal mula dari konflik
tersebut, memberikan keterikatan tersendiri bagi para pemeluk agama Islam
disuatu negara untuk bergabung bersama dengan negara negara Islam lainnya,untuk
membentuk suatu organisasi keislaman. Tujuan utama dari organisasi ini yaitu
membentuk persatuan negara-negara islam, kerjasama di bidang ekonomi, politik,
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini Negara
semakin dituntutuntuk memperhatikan kebutuhan hidup di masa mendatang mengingat
adanya ketidakpastian yang semakin meningkat yang terjadi karena berbagai
faktor. Ketidak pastian di masa mendatang harus diantisipasi dengan
tindakanbejaga – jaga pada masa sekarang ini, diantaranya dengan menjalin hubungan antara berbagai negara, oleh karena itu negara-negara islam menjalin
hubungan yang bernama OKI ( organisasi konferensi islam ) merupakan organisasi
yang didirikan berdasarkan keputusan pertemuan tingkat tinggi yang diadakan di
Rabat, maroko pada 25 September 1967. Berdirinya dipicu oleh peristiwa
pembakaran masjid Al Aqsa-Yerusalem pada 21 Agustus 1969, OKI merupakan
satu-satunya organisasi antar pemerintah yang mewakili umat islam dunia. Organisasi yang beranggotakan 57 negara,
termasuk indonesia, yang mencakup tiga kawasan yaitu Asia, Timur Tengah atau
Arab dan Afrika.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana sejarah dan Negara-negara yang tergabung
dalam OKI?
2. Bagaimana
sejarah hubungan kerjasama antara Negara Indonesia dengan Arab Saudi?
3. Bagaimana
bentuk kerjasama antara Negara Indonesia dan Sierra Leone?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui Negara mana saja yang tergabung dalam OKI.
2. Untuk
mengetahui sejarah hubungan kerjasama
antara Negara Indonesia dengan Arab Saudi.
3. Untuk mengetahui bentuk kerjasama antara Negara Indonesia
dan Sierra Leone.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Dan Negara-Negara Yang Tergabung Dalam OKI.
Sejarah berdirinya Organisasi Kerja Sama
Islamtidak lepas dari berbagai peristiwa di Timur Tengah mengenai umat Islam.
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina yang berlangsung lama dan tak
kunjung selesai merupakan suatu hal yang bertali temali dengan gerakan Zionisme
yang ingin mendirikan negara Yahudi di Palestina.
Kemudian setelahIsrael merdeka pada
tahun 1948, mereka gencar malakukan pengusiran warga Palestina. Bukan hanya
sebuah pengusiran yang dilakukan Israel terhadap Palestina melainkan berbagai
teror dan siksaan secara perlahanagar rakyat Palestina meninggalkan tanah
airnya.
Dengan berbagai konflik yang terjadi
antara Israel dan Palestina sampai pada perang yang terjadi dalam merebutkan
kota al-Quds (Jerussalem) pada tahun 1967, kemudian memuncak dengan kaum
Radikal Yahudi yang membakar masjid al-Aqsa pada 21 Agustus 1969, membuat umat
islam di seluruh dunia tersadarkan dan mulai membetuk suatu organisasi.
Organisasi Kerja Sama Islam(OKI) merupakan
organisasi internasional non militer yang didirikandi Rabat,Maroko pada tanggal
25 September 1969. Dipicu oleh peristiwa pembakaran Mesjid Al Aqsha yang
terletak di kota Al Quds (Jerusalem) pada tanggal 21 Agustus 1969 telah
menimbulkan reaksi keras dunia, terutama dari kalangan umat Islam. Saat itu
dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang
kekuatan dunia Islam serta mematangkan sikap dalam rangka mengusahakan
pembebasan Al Quds.
Atas prakarsa Raja Faisal dari Arab
Saudi dan Raja Hassan II dari Maroko, dengan Panitia Persiapan yang terdiri
dari Iran, Malaysia, Niger, Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan Maroko,
terselenggara Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang pertama pada tanggal
22-25 September 1969 di Rabat, Maroko. Konferensi ini merupakan titik awal bagi
pembentukan Organisasi Kerja Sama Islam(OKI).
Secara
umum latar belakang terbentuknya OKI sebagai berikut:
Ø Tahun
1964: Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu timbul suatu ide
untuk menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah internasional.
Ø Tahun 1965: Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di
Jeddah Saudi Arabia yang mencetuskan ide untuk menjadikan umat Islam sebagai
suatu kekuatan yang menonjol dan untuk menggalang solidaritas Islamiyah dalam
usaha melindungi umat Islam dari zionisme khususnya.
Ø Tahun
1967: Pecah Perang Timur Tengah melawanIsrael. Oleh karenanya solidaritas Islam
di negara-negara Timur Tengah meningkat.
Ø Tahun
1968: Raja Faisal dari SaudiArabia mengadakan kunjungan ke beberapa negara
Islam dalam rangka penjajagan lebih lanjut untuk membentuk suatu Organisasi
Islam Internasional.
Tahun 1969: Tanggal 21 Agustus 1969
Israel merusak Mesjid Al Agsha. Peristiwa tersebut menyebabkan memuncaknya
kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.Seperti telah disebutkan diatas,
Tanggal 22-25 September 1969 diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
negara-negara Islam di Rabat, Maroko untuk membicarakan pembebasan kota
Jerusalem dan Mesjid Al Aqsa dari cengkeraman Israel. Dari KTT inilah OKI
berdiri.
B.
Hubungan
kerjasama Negara Indonesia dengan Arab Saudi
Pemerintah kerajaan Arab Saudi dengan
pemerintah Republik Indonesia telah menjalin hubungan bilateral setelah 5 tahun
Indonesia merdeka. Pada awalnya kekerabatan terjalin antara Indonesia dengan
Arab Saudi karena salah satunya yang mengakui kemerdekaan Indonesia pasca
penjajahan. Pada tahun 1950, RI membuka kantor Kedutaan Besar Republik
Indonesia yang terakreditasi untuk Pakistan, Arab, Iran di Kairo. Hal tersebut
resmi dan membuka hubungan diplomatic antara Indonesia dan Arab Saudi. Kemudian
pada tahun 1955, Arab Saudi membuka kantor Kedutaan Besar di Jakarta.
Seperti yang telah dijelaskan diatas,
bahwasannya Indonesia dan arab sauidi telah bekerjasama sejak tahun 1950 hingga
saat ini. bentuk-bentuk kerjasama Indonesia- Arab Saudi salah satunya meliputi
Kerjasama bidang politik, kerjasama bidang sosial budaya, kerjasama bidang
pendidikan dan kerjasama haji.
a.
Kerjasama Bidang Politik
Pengakuan
Kemerdekaan Republik Indonesia oleh negara-negara Arab telah memberikan dampak
yang baik bagi kedua negara dalam bidang politik.Arab Saudi memberikan
pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 21 November
1947.Hubungan bilateral Indonesia dan Arab Saudi terjalin sejak tanggal 1 Mei
1950.Indonesia membuka Kantor Perwakilan di Timur Tengah, tepatnya di Kairo,
Mesir, pada tanggal 7 Agustus 1949.Kantor Perwakilan Republik Indonesia ini
ditingkatkan statusnya menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia yang juga
terakreditasi untuk Arab Saudi, Iran, dan Pakistan pada tahun 1950.
Pada
tahun 1964, Indonesia baru membuka kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia
untuk Arab Saudi di Jeddah. Kedutaan Besar Republik Indonesia ini selanjutnya
dipindahkan ke Riyadh pad tanggal 1985.Perwakilan Republik Indonesia di Jeddah
kemudian diubah statusnya menjadi Konsulat Jendral Republik Indonesia.
Sedangkan Arab Saudi membuka kantor Perwakilannnya pada tahun 1950 dan kemudian
secara resmi mendirikan Kedutaan Besar di Jakarta pada tahun 1955.
Hingga
saat ini, Indonesia dan Arab Saudi telah menjalin kerjasama bilateral dan juga
mengembangkan kerjasama di berbagai forum, baik forum regional maupun
internasional, seperti PPB, Badan-Badan PPB, GNB (Gerakan Non Blok), OKI, dan
juga G20.
b.
Kerjasama Bidang Sosial Budaya
Hubungan
Antara Indonesia dan Arab Saudi di bidang social dan budaya sudah terjalin
sejak lama, bahkan sebelum kemerdekaan Indonenesia.
1. Kerjasama di Bidang Sosial
Belum
adanya MoU dalam bidang kerjasama social antara Indonesia dan Arab Saudi,
membuat kedua negara mengupayakan pengingkatan hubungan bilateral Indonesia dan
Arab Saudi di bidang social. Salah satunya adalah melalui kunjungan Menteri
Sosial RI yang telah berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi pada tanggal 23-31
Desember 2012 dan bertemu dengan Menteri Sosial Arab Saudi. Pertemuan Menteri
Sosial RI dan Menteri Sosial Arab Saudi membahas beberapa peluang kerjasama
antar kedua kementrian, diantaranya saling kunjung antar pejabat kedua
kementrian guna berbagi pengalaman serta melihat langsung berbagai program
kegiatan layanan social di masing-masing negara, kerjasama dibidang bantuan
social baik secara bilateral maupun melibatkan pihak ketiga seperti IDB, Saudi
Fund for Development, Rabithoh Alam Islami, dan lain sebagainya.
Bantuan social dari Arab Saudi diantaranya pembangunan
850 masjid dibeberapa wilayah di Indonesia pada tahun 2003-2015 atau dalam
kurun waktu 15 tahun oleh Raja Arab Saudimelalui Yayasan Makkah Al-Mukaramah
perwakilan Indonesia. Selain membangun masjid, bantuan social lainnya, seperti
hewan kurban, buka puasa bersama dan juga pembinaan 20 ribu anak yatim
diseluruh Indonesia.23 Dalam kurun waktu 2004-2014, Pemerintah Arab Saudi
memberikan bantuan social kepada korban tsunami Aceh berupa pembangunan 1.500
rumah, pengeboran sumur, pembangunan rumah sakit, klinik kesehatan, panti yatim
piatu serta renovasi Masjid Raya Baiturrahman. Pada 2013, kerajaan Arab Saudi
melalui Duta Besar Kerajaan Arab Saudi di Jakarta, Mustofa Ibrohim Almubarok menyerahkan
bantuan kurma sebanyak 10 ton untuk korban gempa bumi di Aceh Tengah dan Bener
Meriah serta masyarakat Aceh melalui kantor penghubung Aceh di Jakarta.
Pada
Juni 2016, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerima hibah dari Kedutaan
Besar Arab Saudi dan dermawan Arab Saudi. Bantuan tersebut berupa buku sebanyak
245 paket yang setiap paketnya terdiri dari 15 buku keagamaan, 4 buku berbahasa
Indonesia dan 1 Al-Qur’an, kurma sebanyak 1,5 ton, dan juga paket buka puasa
sebanyak 2.267 paket yang akan dibagikan kepada masyarakat luas.
2. Kerjasama Indonesia dan Arab Saudi di Bidang
Kebudayaan
Dalam
bidang kebudayaan, Indonesia dan Arab Saudi belum memiliki perjanjian kerjasama
(MoU).Meskipun belum memiliki perjanjian di bidang kebudayaan,
kerjasama dalambidang budaya antar kedua negara mulai terlaksana, seperti
melalui undangan untuk hadir ataupun menampilkan kebudayaan Indonesia di
berbagai acara atau festival budaya yang diselenggarakan oleh Arab Saudi.
Melalui
acara seperti Festival Budaya Nasional Tahunan Al-Janadiriyah, yang menyuguhkan
berbagai pertunjukan budaya atau karya seni Arab Saudi dan negara-negara Arab
lainnya, secara rutin, pihak penyelenggara mengundang tokoh-tokoh budaya
Indonesia untuk hadir dalam festival tersebut. Indonesia bahkan pernah mendapat
kehormatan untuk menampilkan kelompok penari pria yang membawakan tarian
tradisional Aceh dan Padang. Di antara para tokoh atau cendekiawan Indonesia
yang pernah diundang dan hadir dalam acara tersebut, antara lain: Dr. Amien
Rais, Prof. Zuhal, mantan Menristek RI, dan Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA, Rektor
Universitas Ujung Pandang dan lain sebagainya.
c.
Hubungan Bilateral Indonesia dan Arab Saudi di Bidang Pendidikan
Dasar dari kerjasama di bidang pendidikan adalah
perjanjian kerjasama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Pengajaran Islam yang telah
ditandatangani Indonesia dan Arab Saudi, pada 19 Mei 1981 di Riyadh, yang
Diratifikasi melalui Keppres No.31 tanggal 14 Juli 1981 LN No.33. Tujuan
dari perjanjian ini adalah untuk memperkuat hubungan persaudaraan juga
kerjasama dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian dan pengajaran Islam.
Bentuk
kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua negara, antara lain adalah
penyelenggaraan berbagai kegiatan bersama antar lembaga keislaman di kedua
negara, pengiriman ulama-ulama atau dosen dari Arab Saudi ke Indonesia dalam
rangka dakwah dan pelatihan bahasa Arab, serta saling undang untuk menghadiri
suatu kegiatan yang diadakan oleh salah satu negara, dan juga pemberian
beasiswa bagi pelajar maupun mahasiswa kedua negara di berbagai universitas
Islam yang ada di kedua negara dan lain sebagainya.
Dalam
Sidang Komisi Bersama ke-9, Indonesia menyampaikan penghargaan atas beasiswa
yang telah diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi kepada mahasiswa Indonesia
untuk belajar di Arab Saudi.Indonesia juga menawarkan adanya pertukaran
kunjungan antar universitas kedua negara dan memberi usulan agar Indonesia
dapat mendirikan Pusat Studi Indonesia pada universitas di Arab Saudi.Selain
itu, Indonesia juga telah mengusulkan adanya kesepakatan saling pengakuan
sertifikat perguruan tinggi yang dikeluarkan oleh kedua negara.
C.
Hubungan kerjasama negara indonesia dengan Sierra Leone
Menteri Luar
Negeri Indonesia Retno L.P. Marsudi bertemu dengan Menlu Sierra Leone Samura
Kamara dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI) kelima yang digelar di Jakarta Convention Center hari ini, Ahad, 6
Maret 2016. Kedua negara membahas upaya mendorong negara anggota OKI mendukung
kemerdekaan Palestina dan penyelesaian isu Al-Quds Al-Sharif. Selain itu,
keduanya membahas mengenai peranan lebih besar negara Islam dalam proses
perdamaian Palestina dengan Israel.
Di
samping isu utama tersebut, kedua negara bersepakat mendorong kerja sama di
bidang ekonomi dengan saling mengunjungi kalangan pebisnis. "Kebetulan
kita punya kerja sama antara Garuda Indonesia dan Sierra Leone International
Airways," ucap Retno. Kerja sama tersebut terkait dengan penyewaan pesawat
Garuda untuk carter dan angkutan haji Sierra Leone. Selain itu, kedua negara
meningkatkan kerja sama di bidang industri agrikultur. "Kami berterima
kasih atas tawaran bantuan dari Indonesia, kolega kami di industri agrikultur.
Kami juga mau buka kedutaan besar di Indonesia,” ujar Kamara.
Volume
perdagangan di antara kedua negara pada 2015 mencapai US$ 24,49 juta. Ekspor
Indonesia ke Sierra Leone mencakup kertas, minyak sawit dan turunannya, sabun,
margarin, bahan makanan, dan ikan kaleng. Sedangkan impor Indonesia dari Sierra
Leone berupa suku cadang komputer dan saklar listrik.Indonesia juga mengirim
kontingen Garuda XIX sebagai military observer di Sierra Leone di
bawah payung misi perdamaian PBB “UNAMSIL” (UN Mission in Sierra Leone) hingga
2006. Selain itu, Sierra Leone merupakan negara penerima bantuan kerja sama
teknis dari Indonesia di bidang pelatihan diplomat dan pertanian selama
2006-2014 serta beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB) pada 2013 dan 2014.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
OKI ( organisasi
konferensi islam ) merupakan organisasi yang didirikan berdasarkan keputusan
pertemuan tingkat tinggi yang diadakan di Rabat, maroko pada 25 September 1967.
Berdirinya dipicu oleh peristiwa pembakaran masjid Al Aqsa-Yerusalem pada 21
Agustus 1969, OKI merupakan satu-satunya organisasi antar pemerintah yang
mewakili umat islam dunia. Organisasi
yang beranggotakan 57 negara, termasuk indonesia, yang mencakup tiga kawasan yaitu
Asia, Timur Tengah atau Arab dan Afrika.
Indonesia dan arab sauidi telah
bekerjasama sejak tahun 1950 hingga saat ini. bentuk-bentuk kerjasama
Indonesia- Arab Saudi salah satunya meliputi Kerjasama bidang politik,
kerjasama bidang sosial budaya, kerjasama bidang pendidikan dan kerjasama haji.
mendorong kerja
sama di bidang ekonomi dengan saling mengunjungi kalangan pebisnis.
"Kebetulan kita punya kerja sama antara Garuda Indonesia dan Sierra Leone
International Airways," ucap Retno. Kerja sama tersebut terkait dengan
penyewaan pesawat Garuda untuk carter dan angkutan haji Sierra Leone.
Komentar
Posting Komentar