FILSAFAT ILMU
PENDAHULUAN
Manusia sebenarnya dilahirkan telah
memiliki ilmu filsafat dalam dirinya tanpa disadari sebelumnya. Manusia
diciptakan Allah SWT dengan akal dan kecerdasan dalam berbagai bidang, dan juga
manusia telah dikaruniai sebuah rasa ingin tau yang tinggi akan suatu hal dan
inilah yang menjadi sebuah cikal bakal apa itu filsafat. Dalam filsafat banyak
sekali cabang filsafat yang dapat kita pelajari salah satu contohnya adalah
filsafat ilmu.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu,
dalam perkembangannya ilmu semakin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat
banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat
menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban
subtansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus
mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi
secara radikal. Proses interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian
filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya
menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak
menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai
suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan
kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain
filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu, baik itu
subtansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia.
1. Apa
itu Filsafat?
2. Apa
itu Filsafat Ilmu?
3. Apa
saja subtansi Filsafat Ilmu?
Memberikan pemahaman kepada pembaca
tentang hakikat filsafat, arti filsafat Ilmu dan juga mengetahui subtansi dari
filsafat ilmu. Dengan demikian pembaca sekalian mengetahui tentang seluk beluk
filsafat serta filsafat ilmu itu sendiri.
PEMBAHASAN
Filsafat
dalam bahasa Inggris, yaitu : philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(‘hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan pengalaman praktis,
intelegensi) jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran (love of widsom). Orang disebut filsof yang dalam bahasa arab disebut
failasuf.
Harun Nasution berpendapat bahwa
istilah filsafat berasal dari bahasa Arab lebih dulu datang dan sekaligus
mempengaruhi bahasa Indonesia. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa
dengan wazan (timbangan) fa’lala,
fa’lalah, dan fi’lal. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan kata falsafat,
bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai “filsafat” ditulis dengan falsafat,
seperti Falsafat Agama dan falsafat dan Mistisme dalam Islam.
Adapun beberapa pengertian pokok
tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah :
1. Upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang
seluruh realitas.
2. Upaya
untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya
untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya,
keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan
kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernayataan yang diajukan
oleh berbagai bidang pengetahuan.
5. [3]Disiplin
ilmu yang berupaya untuk membantu anda melihat apa yang anda katakana dan untuk
mengatakan apa yang anda lihat.
Pengertian
filsafat secara terminology sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik
tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat
tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam
definisinya.
Aristoteles mengatakan bahwa filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud.
Al-Farabi (W. 950 M), seorang filosof
Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata, “Filsafat ialah ilmu tentang alam
yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Ibnu Rusyd (1126-1198M) berpendapat
bahwa filsafat atau hikmah merupakan pengetahuan “otonom” yang perlu dikaji
oleh manusia karena dia dikarunai akal. Alqur’an Filsafat mewajibkan
berfilsafat untuk menambah dan memperkuat keimanan kepada Tuhan.
Sedangkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang
dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Setelah kita memahami apa itu filsafat untuk selanjutnya kita akan
membahas tentang filsafat ilmu yang merupakan cabang dari salah satu filsafat
yang banyak dikaji.
Mempelajari filsafat ilmu berarti menguak
arti dari filsafat dan ilmu. Ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lamu,
‘ilman, dengan wazan fa’ila, [5]yaf’alu,
yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Pengertian ilmu [6]yang
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Beberapa definisi ilmu menurut para
ahli, diantaranya adalah :
-
Mohammad Hatta, ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut bangunannya dari dalam
-
Ralph Ross dan Ernest
Van Den Haag, ilmu adalah empiris, rasional, umum dan sistematik, dan
keempatnya serentak.
-
Karl Pearson, ilmu
adalah lukisan atau keterangan yang komperhensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang berbeda.
Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur
serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun
fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari
itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.
Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan, maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan berikut:
[8]Objek
apa yang ditelaah? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana
korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindra) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologism ini adalah dasar untuk
mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu.
2.
Pertanyaan landasan epistomologis :
Bagaimana
proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu?
Bagaiman prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu
sendiri? Apakah kriterianya? Cara/ tekni/ sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3.
Pertanyaan landasan aksiologis :
Untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kalian antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan
metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral?
I. Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan
Ilmu
Persamaaan fislafat dan ilmu adalah
sebagai berikut :
a.
Keduanya mencari
rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai
akar-akarnya.
b.
[9]Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren [10]yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-sebabnya.
c.
Keduanya hendak
memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
d.
Keduanya mempunyai
metode dan system
e.
Keduanya hendak
memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia
(objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun
perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
a.
Objek material
(lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat
khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
b.
Objek formal (sudut
pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena mencari pengertian
dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Disamping itu, objek formal
ilmu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
c.
Filsafat dilaksanakan
dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan
pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai
imu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari
nilainya.
d.
[11]Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskrusif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
e.
[12]Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
(primary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang
sekunder (secondary cause)
2.
Tujuan Filsafat Ilmu
a.
Mendalami unsure-unsur
pokok ilmu, sehingga secara menyuluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan
tujuan ilmu.
b.
Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
c.
Menjadi pedoman bagi
para dosen dan mahasiwa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama
untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d.
Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
e.
Mempertegas bahwa
dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Substansi
Filsafat Ilmu
Telaah tentang
substansi filsafat ilmu, ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu
substansi yang berkenaan dengan:
b. Kebenaran
(truth)
c. Konfirmasi
dan
d. Logika
inferensi
Fakta atau kenyataan
memiliki pengertian yang beragam, tergantung dari sudut pandang filosofis yang
melandasinya.
Di sisi lain, Lorens
Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah.
Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomena atau bagian realitas yang merupakan
obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah
merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang
dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta
ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan
teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang
diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu
deskripsi ilmiah.
2) Kebenaran
(truth)
Sesungguhnya, terdapat
berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita
mengenal 5 teori kebenaran yaitu kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi,
kebenaran perfomatis, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi.
Bahkan, Noeng Muhadjir
menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik.
Kebenaran koherensi
yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan
sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut,
baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan
sensual rasional maupun pada dataran pada transdental.
Berfikir benar
korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
sesuatu lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau
berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan
belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
c) Kebenaran
performatif
Ketika pemikiran
manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang
ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan
kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam
tindakan.
d) Kebenaran
pragmatik
Yang benar adalah yang
konkret, yang individual dan spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e) Kebenaran
proposisi
Proposisi adalah suatu
pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang
subyektif individual sampai yang [17]obyekti.
Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar.
Sesungguhnya kebenaran
struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran
korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis
lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsure satu dengan lainnya.
Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai,
karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3) Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah
menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan
pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau
probabilistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,
postulat atau axioma yang sudah pastikan benar. Tetapi tidak salah bila
mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan,
prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh
secar induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4) Logika
inferensi
Logika inferensi yang
berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang
menguasai positivism. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara
fakta. Fenomologi russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan
fakta.
[19] Di lain pihak, Jujun Suriasmantri (1982
: 46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau
penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni
berdasarkan logika. Secara garis besarnya logika terbagi ke dalam 2 bagian
yaitu logika induksi dan logika deduksi.
PENUTUP
Pokok pembahasan dalam filsafat ilmu
adalah sejarah perkembangan ilmu dan teknologi, hakikatnya dan sumbernya
pengetahuan dan kriteria kebenaran. Disamping itu, filsafat ilmu juga membahas
persoalan objek, metode, dan tujuan ilmu. Yang tidak kalah pentingnya adalah
sarana ilmiah.
Diharapkan
perkembangan ilmu yang begitu spektakuler di satu sisi dan nilai-nilai moral
yang bersifat atatis dan universal di sisi lain dapat dijadikan arah dalam
menuntun perkembangan ilmu selanjutnya.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. http://neshafitrya.
Blogspot.co.id/2015/10/substansi-filsafat-ilmu.html.
[1]
Amsal Bahktiar, Filsafat agama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[2]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[3]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[4]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[5]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[6]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[7]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[8]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[9]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[10]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[11]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[12]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[13]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[14]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[15]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[16]
Harum nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[17]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
[18] Harum
nasution, filsafat agama, ( Jakarta: bulan bintang, 1979 )
[19]
Amsal Bahktiar, Filsafat gama, ( Jakart: Logos, 1997 )
Komentar
Posting Komentar