Makalah wirausaha (kepemimpinan)

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemimpin di suatu organisasi, baik yang bersifat proft oriented maupun nonprofit oriented memiliki posisi dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan adalah gambaran kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengelola perusahaan tersebut. Para stakeholders telah terbiasa menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan.
Penilaian tersebut dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Dan kinerja non keuangan dilihat salah satunya pada sisi kualitas human resource di perusahaan tersebut, seperti experience dan background education dari para karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mampu mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki dan mampu memberi keuntungan serta kepuasan kepada para stakeholders. Pada makalah ini kita akan membahas secara lebih dalam tentang kepemimpinan, beserta kasus yang harus diberikan solusinya.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang harus dipecahkan, antara lain:
Apa definisi kepemimpinan itu?
Bagaimana teori-teori tentang kepemimpinan?
Bagaimana ciri-ciri pemimpin?
Bagaimana klasifikasi pemimpin?
Bagaimana nilai-nilai kepemimpinan?
Apa saja hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin?
Bagaimana solusi dalam menyelesaikan masalah dalam bidang kepemimpinan?
Tujuan
Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai, antara lain:
Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan.
Untuk mengetahui teori-teori tentang kepemimpinan.
Untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin.
Untuk mengetahui klasifikasi pemimpin.
Untuk mengetahui nilai-nilai kepemimpinan.
Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin.
Untuk mengetahui solusi dalam menyelesaikan masalah dalam bidang kepemimpinan.




BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera, namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinarn namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.
Pemimpin adalah seorang yang diharapkan mempunyai wibawa dan kemampuan untuk memengaruhi, memberi petunjuk juga mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi. James P. Spillane dalam Mia Lasmi (2016) menyatakan bahwa pemimpin adalah agen perubahan dengan kegiatan memengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang tersebut kepadanya. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Pada prinsipnya definisi kepemimpinan mempertalikan fungsi pemimpin dalam organisasi dengan sasaran. Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dinamika perkembangan hidup manusia. Berikut beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli (dalam Mia Lasmi ,2016).
Menurut Sarros dan Butchatsky, kepemimpinan merupakan suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Menurut Ordway Tead, kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi orang-orang agar bersedia bekerja sama mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Menurut George R. Terry, kepemimpinan merupakan kegiatan untuk memengaruhi orang-orang agar orang-orang itu mencapai tujuan kelompok. Menurut Keith Davis, kepemimpinan adalah faktor kemanusiaan yang mengikat kelompok menjadi satu dan mendorongnya menuju tujuan.
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Wiraswasta yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik memimpin beberapa karyawan atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efesiensi yang mengikat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan.
Sifat-sifat ini berbeda-beda pada setiap orang. Kesadaran bahwa anda sendiri yang menentukan kadar kemampuan kepemimpinan akan membantu upaya melakukan perbaikan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para wiraswastawan adalah individu-individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri.
Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemauan seseorang untuk memengaruhi orang lain agar bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda. Karena pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat. Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Teori-Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan pada dasarnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan memerhatikan beberapa segi, seperti latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan.
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan. Berikut penjabarannya:
Teori sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimilikinya. Ciri-ciri ideal pemimpin menurut Sondang P. Siagian (1994), yaitu memiliki:
Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, objektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa depan;
Sifat inkuisitif, tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Kelemahan teori sifat adalah terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan, dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno. Sekalipun demikian, berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Teori perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Menurut teori perilaku, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku berikut:
Mementingkan bawahan, ramah, bersedia berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul, memikirkan kesejahteraan bawahan, serta memperlakukannya dalam setingkat dirinya dan lebih mementingkan tugas organisasi.
Berorientasi kepada bawahan, yang ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin ada pada pemuasan kebutuhan bawahan, serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan, dan perilaku bawahan.
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu, yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994: 129) adalah sebagai berikut:
Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
Persepsi sikap dan gaya kepemimpinan
Norma yang dianut kelompok
Rentang kendali
Ancaman dari luar organisasi
Tingkat stres
Iklim yang terdapat dalam organisasi
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
Ciri-Ciri Pemimpin
Apakah kepemimpinan itu bakat yang dibawa sejak lahir atau diciptakan melalui proses pembelajaran? Perdebatan tersebut sebenarnya sudah berakhir dengan kesimpulan bahwa seorang pemimpin harus diciptakan melalui proses pembelajaran, pelatihan, atau pendidikan. Kesimpulan itu punya dalih sangat kuat termasuk salah satunya berupa The Law of Universe bahwa setiap orang akan dinobatkan menjadi pemimpin terlepas ia siap atau tidak siap. Dalam kehidupan Anda, yang paling hampir bisa dipastikan, Anda akan menjadi pemimpin keluarga.
Untuk mewujudkan seseorang menjadi pemimpin yang ideal dibutuhkan syarat-syarat yang tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Adapun ciri-ciri untuk menjadi seorang pemimpin adalah:
Memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya.
Artinya kompetensi yang dimilikinya sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya. Misalnya pada saat situasi ekonomi sedang mengalami fluktuasi dan inflasi yang tidak diharapkan, maka pemimpin perusahaan masih mampu mempertahankan perusahaan dengan segala karyawan yang dimiliki. Artinya pimpinan perusahaan tetap tidak ingin memberhentikan sebagian karyawan (PHK), menurunkan gaji karyawan, pemutusan kerja karyawan kontrak, dan sejenisnya karena faktor penjualan perusahaan mengalami penurunan, jikapun penghematan atau efisiensi ingin dilakukan maka itu cukup dengan pembatasan penggunaan AC (air conditioner), penggunaan telepon kantor, pembatasan penggunaan kendaraan dinas yang hanya boleh dipakai pada saat-saat sangat penting saja, dan lainnya. Sehingga kebersamaan dan loyalitas antara karyawan dengan pimpinan tetap tinggi.
Memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibandingkan dengan orang lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan tersebut.
Mampu menerapkan konsep "the right man and the right place: secara tepat dan baik.
The right man and the right place adalah menempatkan orang sesuai dengan tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya. Artinya pemimpin adalah yang bisa melihat setiap potensi yang dimiliki oleh seseorang dan menempatkan potensi tersebut sesuai pada tempatnya.
Untuk memahami lebih dalam tentang ciri-ciri pemimpin ada baiknya kita melihat pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry. George R. Terry mengemukakan delapan ciri dari pemimpin, yaitu:
Energi mempunyai kekuatan mental dan fisik.
Stabilitas emosi seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap bawahannya, jika ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri sendiri.
Human relationship: mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
Personal motivation: keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan dapat memotivasi diri sendiri.
Communication skil: mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.
Teaching skill: mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan mengembangkan bawahannya.
Social skill: mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah serta luwes dalam pergaulan.
Technical competent: mempunyai kecakapan menganalisis merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang mengambil keputusan dan mampu menyusun konsep.
Klasifikasi Pemimpin
Masalah kepemimpinan dapat dibedakan mnjadi beberapa bagian. Abu Ahmadi, membatasinya pada empat klasifikasi, sebagai berikut :
Kepemimpinan otoriter
Pemimpin ini menentukan semua tugas dan aktivitas bawahan sebagai bagian dari tugas dan intstruksi darinya. Pemimpin tipe ini tidak melibatkan anggota kelompoknya dalam perencanaan kegiatan kelompok. Segala sesuatu berjalan dengan kehendaknya sehingga sulit bagi anggotanya untuk kreatif dalam membuat hal-hal baru. Dalam kepemimpinan ini, atasan dan bawahan jarang melakukan komunikasi yang efektif. Kalaupun ada kemungkinannya kecil sekali.
Kepemimpinan demokrasi
Kepemimpinan demokrasi memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk berpartisipasi dan ambil bagian dalam proses kepemimpinan. Di sini ada kerja sama antara pemimpin anggotanya, semua keputusan kelompok dijalankan atas dasar kesepakatan bersama. Pemimpin tipe ini menganggap anggotanya sebagai teman kerja bukan sebagai lawan orang yang dipekerjakan.
Kepemimpinan liberal
Bentuk pemimpinnya pasif, semua tugas yang ada dalam kepemimpinannya dan semua permasalahan yang terjadi diserahkan kepada anggotanya. Pemimpin liberal seperti berada diluar kelompok dan melepaskan anggotanya. la tidak pernah menegur kesalahan anggotanya, lebih cenderung bersikap baik.
Nilai-Nilai Kepemimpinan
Menurut Brantas, kepemimpinan tidak dapat terlepas dari nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin seperti diungkapkan oleh Guth dan Taguiri (dalam Salusu, 2000), yaitu:
Teoritik, yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan mencari pembenaran secara rasional. Ekonomis, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang penuh keindahan, menikmati setiap peristiwa untuk kepentingan.
Sosial, menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, tidak mementingkan diri sendiri.
Politis, berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai faktor yang sangat vital dalam kehidupannya.
Religius, selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan Sang Pencipta.
Nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin dari ke lima tersebut pada prinsipnya bisa bertambah lebih banyak lagi dari pada itu, namun secara umum dapat menambahkan beberapa lagi yang bisa kita jadikan bahan renungan dalam melihat nilai-nilai pemimpin, yaitu :
Sikap bijaksana. Sikap bijaksana ini menyangkut dengan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tidak berat sebelah, namun keputusan yang diambil adalah memikirkan banyak segi dan seimbang (balance)
Kesetiakawanan yang tinggi. Nilai kesetiakawanan yang tingi menunjukkan pemimpin tersebut memiliki loyalitas tinggi pada sesama rekan kerja bahkan para karyawannya. Kadang kala kita menemukan ada pemimpin yang egonya tinggi dan lebih mementingkan dirinya tanpa menghiraukan bahwa keputusannya telah memiliki muatan khianat pada yang lainnya.
Hal-Hal Yang Menyebabkan Seorang Menjadi Pemimpin
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat ataupun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Sesungguhnya kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Maka dari itu tujuan paling utama seorang pemimpin sejati adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Dengan demikian pada saat seseorang menjadi pemimpin, kadang kala tidak diperoleh begitu saja akan tetapi ada latar belakang atau hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin adalah sebagai berikut:
Tradisi/warisan: seseorang menjadi pemimpin, karena warisan/ keturunan, misalnya raja atau ratu Inggris, dan Belanda.
Kekuatan pribadi baik karena alasan fisik maupun karena kecakapannya.
Pengangkatan atasan: seseorang menjadi pemimpin, karena diangkat oleh pihak atasannya.
Pemilihan: seseorang menjadi pemimpin, karena berdasarkan konsep penerimaan/acceptance theory anda menjadi pemimpin dan kami akan mentaati instruksi anda.
Dari 4 (empat) hal yang mendasari seseorang menjadi pemimpin tersebut posisi yang paling riskan adalah tradisi/warisan. Ini terjadi disebabkan karena kepemimpinan yang diperoleh bukan karena hasil pengayaan dirinya sendiri namun lebih karena hubungan darah atau keturunan. Dimana dalam realita sangat sering terjadi bahwa setiap orang belum tentu memiliki konsep dan talenta yang sama dengan orang tuanya. Sehingga beberapa kemunduran organisasi salah satu penyebabnya karena generasi selanjutnya memiliki bakat dan sudut pandang yang berbeda dengan generasi sebelumnya, termasuk sudut pandang dalam memahami ilmu manajemen.
Solusi Menyelesaikan Masalah Dalam Bidang Kepemimpinan
Ada beberapa solusi secara umum yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang kepemimpinan, yaitu
Pemimpin yang bijaksana, adalah yang memiliki jiwa temperamen yang rendah. Seorang pemimpin yang memiliki jiwa temperamen yang tinggi cenderung sulit untuk bisa memimpin secara baik karena memimpin suatu organisasi haruslah dilakukan secara tenang dan sabar.
Pemimpin yang dipilih adalah pemimpin yang jauh dari mental korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Bagi pihak perusahaan sangat menjadi penting untuk menempatkan pemimpin yang memiliki jiwa dan semangat anti pada KKN. Karena jika seorang pemimpin anti pada KKN, diharapkan clean organization akan berhasil diwujudkan.
Pemimpin yang dipilih adalah yang memiliki jiwa dan semangat tidak mabuk atau terlalu cinta pada kekuasaan. Pemimpin yang cinta pada kekuasaan cenderung akan bersikap otoriter dalam memimpin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HADIST ANJURAN UNTUK BEKERJA

Tokoh-Tokoh Tasawuf

FILSAFAT ILMU: AKSIOLOGI ILMU