Kemampuan menejerial wirausaha

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pada dasarnya kegiatan manajemen telah ada sejak beribu tahun yang lalu, sejak adanya pembangunan piramida di Arab maka sudah ada penerapan manajemen disana. Pada era modern ini manajeman banyak diterapkan dalam perusahaan-perusahaan formal maupun non formal. Tanpa adanya manajemen dalam sebuah kegiatan terutama dalam sebuah perusahaan maka bisa mengakibatkan keracuan serta tidak adanya tatanan yang pasti dalam menjalankan usaha. Dalam manajemen pipinannya disebut manajer namun sebenarnya manjer beda dengan pemimpin, pemimpin dapat memimpin dalam suatu perusahaan formal maupun non formal, sedangkan manajer hanya memimpin dalam perusahaan formal. Dalam menjalankan kemampuan manajerialnya seorang manajer harus memiliki beberapa keterampilan serta harus dapat melaksanakan dan menyelesaikan fungsi-fungsi manajemen. Untuk mengetahui macam keterampilan dan fungsi-fungsi manajemen maka akan kita bahas dalam bab pembahasan.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan kemampuan manajerial ?
Apa saja keterampilan dalam manajemen ?
Apa saja fungsi-fungsi manajemen ?
TUJUAN MASALAH
Untuk mengetahui maksud kemampuan manajerial wirausaha
Untuk mengetahui keterampilan dalam manajemen
Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen


BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEMAMPUAN MANAJERIAL
Berhasil atau tidaknya usaha sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dan kemampuan manajerial dari para pengusaha. Semangat atau jiwa seseorang dalam menjalankan suatu hal tertentu (Echols, 2000:546) dalam (Muhlisin:2).
Menurut Robbins (1996:50) dalam (Muhlisin:2), kemampuan (ability) merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Manajerial adalah penerapan teori ekonomi dan perangkat analisis ilmu keputusan untuk membahas bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan atau maksudnya dengan cara yang efisien. Manajerial berasal dari kata manager yang berati pimpinan.
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai. Setiap tujuan kegiatan dapat juga disebut “sasaran” atau “target”. Tujuan mempunyai  pengertian yang lebih luas sedangkan sasaran adalah lebih khusus (Billybatubara, 2014:12)
Pengertian kemampuan manajerial menurut Atom Ginting (1999) dalam (Muhlisin:2), adalah kemampuan atau keahlian pimpinan untuk menjalankan fungsi manajemen.
KETERAMPILAN MANAJEMEN
Menurut Robert L. Kazt dalam Billybatubara (2014) kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan manajer untuk sukses mencapai tujuan, terdiri dari 3 keterampilan manajemen:
Keterampilan Konseptual (Conceptional Skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suaturencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai  proses perencanaan atau planning oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Robert L. Kazt dalam Psikologymania (2008), mengungkapkan bahwa kemampuan konseptual menunjuk pada kemampuan untuk:
Melihat organisasi sebagai keseluruhan dan dalam hubungannya dengan lingkungan eksternal
Mengerti bagaimana masing-masing unit dan fungsi organisasi tergantung satu sama lain dan bagaimana perubahan dalam suatu unit dapat mempengaruhi unit-unit lainnya
Memahami perbedaan tipe-tipe masalah yang ditandai oleh masing-masing unit sebagai suatu masalah keseluruhan atau organisasional yang berhubungan dengan lingkungan
Mengembangkan dan sekaligus menggunakan model-model atau kerangka kerja untuk mengelola true-to-life masalah manajemen.
Keterampilan Berhubungan Dengan Orang Lain (Humanity Skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Lomunikasi yang presuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komonikasi yang presuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan mersa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tinggkatan manajemen atas, menengah, maupun bawa.
Keterampilan Teknis (Technical Skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntasi dan lain-lain (Billibatubara, 2014:10-11).
FUNGSI MANAJEMEN
Pengertian kemampuan manajerial menurut Atom Ginting (1999) dalam (Muhlisin:2), adalah kemampuan atau keahlian pimpinan untuk menjalankan fungsi manajemen. Beberapa fungsi manajemen sebagai berikut:
Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.
Perencanaan adalah sebuah proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan,  rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. “perencanaan kembali” kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam  proses perencanaan.
Empat tahap dasar perencanaan yaitu:
Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Merumuskan keadaan saat ini
Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan perencanaan organisasi haruslah aktif,  dinamis, berkesinambungan dan kreatif  agar manajemen tidak hanya akan bereaksi terhadap lingkungannya tetapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai, yang pertama, protective benefits (keuntungan perlindungan), yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan. Yang kedua, positive benefits (keuntungan positf, dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi)
Adapun manfaat dari perencanaan yaitu untuk membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dari perubahan lingkungan, membantu dalam kristalisasi persesuaian  pada masalah-masalah utama dan membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami. Sedangkan kelemahan dari perencanaan adalah pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata, perencanaan cenderung menunda kegiatan, perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi, kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi dan ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.
Fungsi Pengorganisasian dan Struktur Organisasi
Kata “organisasi” mempunyai dua pengertian umum, yang pertama yaitu menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, dan lainnya. Yang kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai cara dalam mana kegiatan organisasi di alokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengn tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokkan kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin dalam struktur formal suatu organisasi dan ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas kerja agar setiap individu dalam organisasi bertanggungjawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.
Fungsi Pelaksanaan
Mengerakkan dan mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organsasi perusahaan agar menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan wewenangnya yang telah ditentukan atau sesuai dengan uraian tugasnya (job description ). Agar mereka dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas sudah tentu  dengan cara memberikan perintah, petunjuk, dan motivasi  dengan berpedoman pada rencana yang telah disusun di atas (Homecarekitablog,2016:1).
Sasaran, rencana, sumber daya, semuanya adalah bagian persipan mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan. Para manajer seringkali mengarahkan aktivitasnya untuk melaksanakan rencana-rencana dan prosedur-prosedur. Atau mereka mungkin hanya tak langsung terlibat dengan melimpahkannya kepada orang lain dan hanya menjaga hubungan. Pada umumnya, jumlah usaha manusia yang terlibat dalam pelaksanaan itu merupakan suatu fungsi kesanggupan manajer untuk mempengaruhi orang lain-wawahan, rekan sebaya, dan boss ( E. Rosenzweig dalam terjemahan A li, 1996 :577).
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan sesuai yang direncanakan.
Definisi pengawasan yang dikemukakan oleh Robert J.Mockler sebagai berikut: Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan  perusahaan.
Proses pengawasan biasanya terdiri dari paling sedikit lima tahap (langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan  penyimpangan-penyimpangan
Pengambilan tindakan koreksi bila perlu
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, yaitu :
Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungn organisasi terjadi terus menerus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan  pesaing baru. Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan yang  berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang ada.
Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan, tetapi kenyataanya anggota organisasi sering membuat kesalahan. System pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya, maka tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah  bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan system pengawasan. Tanpa system pengawasan, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.
Kata “pengawasan” sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas dan sebagainya yang akhirnya merugikan organisasi sendiri sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan  pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HADIST ANJURAN UNTUK BEKERJA

Tokoh-Tokoh Tasawuf

FILSAFAT ILMU: AKSIOLOGI ILMU