MAKALAH PENGANGGURAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini
Pemerintah telah berhasil mengurangi jumlah Pengangguran, Tingkat Pengangguran
terbuka sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Pebruari 2008, turun dari
10.547.917 orang pada Februari 2007 menjadi 9.427.590 orang pada Februari 2008.
Namun dengan terjadinya krisis keuangan Global saat ini, diperkirakan jumlah
pengangguran akan meningkat akibat banyaknya terjadi PHK, para penganggur ini
dapat dimanfaatkan oleh Kelompok tertentu untuk menciptakan instabilitas
keamanan, guna mencapai tujuan mengambil alih Pemerintahan secara
Inkonstitusional.
Dilatarbelakangi
oleh permasalah tersebut maka makalah ini disusun untuk membahas mengenai jenis
pengangguran, penyebab terjadinya pengangguran dan dampak akibat meningkatnya
jumlah pengangguran di Indonesia.
B. Rumusan masalah
1) Jenis pengangguran dan penyebabnya
2) Sebab-sebab terjadinya pengangguran
3) Dampak-dampak pengangguran
4) Cara mengatasi pengangguran
C. Tujuan masalah
1) Untuk mengetahui jenis pengangguran dan penyebabnya
2) Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya pengangguran
3) Untuk mengetahui dampak-dampak pengangguran
4)
Untuk mengetahui cara
mengatasi pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
1. JENIS PENGAGGURAN DAN PENYEBABNYA
Secara garis besar, pengangguran
dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut lama waktu kerja dan menurut
penyebabnya.
- Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan
sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal.
Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
1.
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment)
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu kantor mempekerjakan 10 orang
karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau
hanya dengan 8 orang karyawan saja, sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga
kerja. Orang-orang semacam ini yang disebut dengan pengangguran terselubung.
2.
Setengah Menganggur (Under Unemployment)
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur
ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Contoh : seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu
proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
3. Pengangguran
Terbuka (Open Unemployment)
tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal.
2. Jenis
Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan
penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a). Pengangguran konjungtural (Cycle
Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b). Pengangguran struktural
(Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja yang dibutuhkan
dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia. Perubahan struktur ekonomi dan
corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar belakang ketidakcocokan itu.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
i.
Akibat permintaan berkurang
ii.
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
iii.
Akibat kebijakan pemerintah
c). Pengangguran friksional
(Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya
ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja (pergantian pekerjaan
atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul dari kemauan tenaga kerja
yang bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara waktu dalam rangka mencari
pekerjaan yang lebih baik, menantang dan menunjang karirnya. Pengangguran ini
sering disebut pengangguran sukarela.
d). Pengangguran musiman adalah
pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim
tanam ke musim panen.
e). Pengangguran teknologi adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin
f). Pengangguran siklus adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi).
Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat
demand). Contoh : suatu saat perekonomian suatu negara mengalami masa
pertumbuhan (menaik).Di saat lain, mengalami resesi (menurun) atau bahkan
depresi. Pada saat krisis ekonomi, daya beli masyarakat menurun sehingga
tingkat permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun.Turunnya permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa memaksa produsen untuk menurunkan kegiatan
produksi.Produsen melakukan ini antara lain dengan cara mengurangi pemakaian
faktor produksi, termasuk tenaga kerja.Inilah mengapa pada saat krisis ekonomi
kita menyaksikan banyaknya pegawai atau buruh terkena PHK sehingga menganggur.
Setelah mengelompokan seluruh individu yang di survey
tersebut, badan statistic negara menghitung berbagai statistic untuk merangkum
kondisi angkatan kerja.
ü Angkatan
kerja ( labor force ) jumlah orang
yang bekerja dan tidak bekerja
Angakatan kerja = jumlah orang yang bekerja + jumlah
yang tidak bekerja
|
ü Tingkat
pengangguran ( unemployment rate )
presentase angkatan kerja yang tidak bekerja
Tingkat pengangguran = jumlah orang yang tidak
bekerja : angkatan kerja X 100
|
ü Tingkat
partisipasi angkatan kerja ( labor-force-partisipation
rate ) mengukur partisipasi jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk
kedalam angkatan kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja = angkatan kerja
: populasi penduduk dewasa X 100
|
v Study kasus
TINGKAT
ANGKATAN KERJA, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) TAHUN 2010-2013 DI KABUPATEN PATI
Tahun
|
Jumlah
angkatan kerja
|
TPAK ( % )
|
TPT ( % )
|
2010
|
620.602
|
68.88
|
6.22
|
2011
|
651.095
|
72.35
|
6.19
|
2012
|
640.664
|
70.94
|
12.20
|
Pada tahun 2010 jumlah
penduduk di kabupaten pati sebanyak 1.190.821 jiwa, terdiri dari 578.046
laki-laki dan 612.775 perempuan dan mempunyai jumlah angkatan kerja sebanyak
620.602 dari jumlah penduduk 1.190.821, tingkat partisipasi angkatan kerja
sebanyak 68.88% dan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 6.22%. Pada tahun
berikutnya 2011 mengalami kenaikan pertumbuhan penduduka sebesar 1.198.529 jiwa
atau 0.34% dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini jumlah angkatan kerja naik sebanyak 651.095
jiwa dari tahun sebelumnya, tingkat partisipasi angkatan kerja pun mengalami
kenaikan sebanyak 72.35% dan mengalami penurunan pada tingkat pengangguran terbuka
sebanyak 6.19%. artinya pada tahun ini program pemerintah kabupaten pati untuk
mengurangi tingkat pengangguran dibilang berjalan sesuai yang telah
direncanakan. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan jumlah penduduk sekitar
1.207.309 jiwa atau 0.73% dari tahun sebelumnya tetapi kenaikan jumlah penduduk
malah membuat jumlah angkatam kerja menurun yaitu 640.664, tingkat pertisipasi
angkatan kerja pun mengalami penurunan juga sekitar 70.94% dan tingkat pengangguran
terbuka mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 12.20%. artinya pada tahun
ini pemerintah kabupaten pati telah gagal untuk mengurangi tingkat
pengangguran.
2. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN
Masalah
pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut :
a) Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
b) Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
c) Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan
kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak
dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
d) Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
e)
Budaya pilih-pilih pekerjaan. Pada dasarnya setiap
orang ingin bekerja sesuai denganlatar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah
dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan
pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh
kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
v Study kasus
Angka
pastisipasi murni (APM) adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang
pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur
tersebut
Rumus cara
menghitung APM
APM SD = jumlah murid SD/sederajat usia 7-12 tahun :
jumlah penduduk usia 7-12 tahun X100
|
APM SMP = jumlah murid SMP/sederajat usia 13-15
tahun : jumlah penduduk usia 13-15 tahun X100
|
APM SM = jumlah murid SM/sederajat usia 16-18 tahun
: jumlah penduduk usia 16-18 tahun X100
|
APM PT = jumlah murid PT/ sederajat usia 19-24 tahun
: jumlah penduduk usia 19-24 tahun X100
|
Perkembangan APK dan APM SD/MI dan SMP/MTs kabupaten pati 2010-2013
Tahun
|
APK SD/MI
|
APK SMP/MTs
|
SD
|
2010
|
114.05
|
98.60
|
98
|
2011
|
114.08
|
98.75
|
98
|
2012
|
112.06
|
99.16
|
98
|
2013
|
112.21
|
87.85
|
99
|
2014
|
112.55
|
99.78
|
99
|
Pada tahun
2010 jenjang APK SD/MI di kabupaten pati sebanyak 114.05 dan jenjang APK SMP/MTs
sebanyak 98.60 dan pada jenjang SD sebanyak 98. Pada tahun berikutnya 2011
jenjang APK SD/MI mengalami kenaikan sedikit sekali yaitu 114.08 dan jenjang
APK SMP/MTs pun menglami kenaikan sekitar 98.75 tetapi pada jenjang SD tidak
mengalamai perubahan apapun dari tahun sbeleumnya atau bisa dibilang tetap. Tahun
2012 APK SD/MI sebanyak 112.06, pada APK ini mengakami penurunan sedikit dari
tahun sebelumnya begitupun pada APK SMP/MTs menurun juga sekitar 99.16 akan
tetapi APK SD sama atau masih tetap seperti tahun sebelumnya. Tahun 2013 APK
SD/MI naik kembali sebanyak 112.21 tetapi APK SMP/MTs menurun cukup jauh dari
tahun sebelumnya yaitu 87.85 akan tetapi APK SD mengalami kenaikan yaitu
sekitar 99. Di tahun yang terakhir yaitu tahun 2015 APK SD/MI sebanyak 112.55
pada tahun ini mengalami kenaikan kembali begitupun pada APK SMP/MTs sekitar
99.78 APK ini yang paling tinggi dari APK tahun sebelumnya pada jenjang SMP/MTs
dan APK SD sama seperti tahun sebelumnya yaitu sebanyak 99. Artinya dari tahun
2010 sampai 2014 APK SD/MI, APK SMP/MTs dan APK SD relatif tetap.
Perkembangan APK dan APM SMA/SMK/MA
di kabupaten pati tahun 2010-2013
Tahun
|
APK
|
APM
|
2010
|
54.78
|
37.18
|
2011
|
55.47
|
37.18
|
2012
|
57.71
|
39.79
|
2013
|
58.37
|
39.91
|
Pada tahun
2010 jenajang pendidikan SMA/SMK/MA memiliki APK 54.78 dan APM 37.18. di tahun
2011 jenjang pendidikan SMA/SMK/MA memiliki APK 55.47 mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya tetapi APM nya sama tidak berubah yaitu 37.18. tahun 2012
jenjang pendidikan SMA/SMK/MA APK nya mengalami kenaikan kembali yaitu sekitar
57.71 dan APM nya pun ikut mengalami kenaikan yaitu 39.79. di tahun terakhir
2013 jenjang pendidkan SMA/SMK/MA mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
yaitu APK sebanyak 58.37 dan APM nya pun ikiut mengalami kenaikan sekitar 39.91.
artinya di kabupaten pati warga masyarakat sudah sadar akan pentingnya dunia
pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka.
3. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran
kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran tersebut, yaitu:
a) Dampak
Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi
suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
v Pengangguran
bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
v Pengangguran
akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
v Pengangguran
tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan
daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang
hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan
Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru.
Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak
akan terpacu.
b) Dampak
pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat.
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
Ø Pengangguran
dapat menghilangkan mata pencaharian
Ø Pengangguran
dapat menghilangkan ketrampilan
Ø Pengangguran
dapat meningkatkan angka kriminalitas
Ø Pengangguran
akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.
Ø Pengangguran
dapat meningkatkan angka kemiskinan.
4. CARA MENGATASI PENGANGGURAN
Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi ,
meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi terbaru,
pembenahan perangkat hukum dalam bidang ketenaga kerjaan. Secara teknis
kebijakan upaya-upaya kea rah itu dapat
ditempuh dengan cara sebagai berikut
1) Menyelenggrakan bursa pasar kerja
Bursa
tenaga kerja adalah penyampaian
informasi oleh perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan tenaga
kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terjadi
komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja . selama ini banyak
informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan sampai ke masyarakat
sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bias di akses oleh
golongan tertentu
2) Menggalakkan kegiatan ekonomi
informal kebijakan yang memihak kepada pengembangan sector informal, dengan
cara mengembangkan industry rumah tanga sehingga mampu menyerap tenaga kerja.
Dewasa ini telah ada lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan
ekonomi informal yakni depertemen koperasi dan UKM. Selain itu dalam
pengembangan sector informal diperlukan keterpihakan dari pemda setempat
3) Meningkatkan keterampilan tenaga
kerja pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan peningkatan keterampilan
melalui pelatihan bersertifikasi internasional.
4) Meningkatkan mutu pendidikan ,
mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang memadai memungkinkan
seseorang utntuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
5) Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
6) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pemerintah perlu terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga akan memberikan
peluang bagi penciptaan kesempatan kerja
7) Mendorong investasi, pemerintah
perlu terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam negri maupun dari luar
negri untuk menciptakan kesempatan kerja yang bagi rakyat indoensia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengangguran atau tuna
karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran terjadi disebabkan
antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari
jumlah pencari kerja.Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar
kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari
kerja. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945
dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan
penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
B. SARAN
Untuk mengurangi
tingkat pengangguran, maka harus ada peran pemerintah. Pemerintah harus bisa
mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan pekerjaan, serta
menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh - sungguh sampai
terlihat hasil yang maksimal. Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan
pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan.
Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya
pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
N. GREGORY MANKIW EUSTON QUAH PETER WILSON, 2012, PENGANTAR EKNOMI MAKRO, JAKARTA, SALEMBA
EMPAT
Komentar
Posting Komentar