perkembangan tasawuf
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANGTasawuf merupakan salah satu bagian dari ajaran Islam, yang secara keilmuan lahir di kemudian hari melalui proses yang panjang dengan dinamikanya sendiri. Kelahirannya sebagai perwujudan dari pemahaman al-Qur'an dan al-Hadits, sesuai dengan konteks zamannya.Perkembangan tasawuf tidak pernah lepas dari sejarah para nabi terutama Nabi Muhammad, para Sahabat, para Tabiin dan seterusnya. Nabi Muhammad telah memberikan benih-benih tasawuf yang dapat di jadikan sebagai rujukan dalam segala perbuatanya. Baik sesuatu yang berhubungan dengan perilaku beliau, ucapan-ucapan beliau, dan sifat-sifat beliau.
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana perkembangan tasawuf pada masa klasik ?
- Bagaimana perkembangan tasawuf pada masa pertengahan ?
- Bagaimana perkembangan tasawuf pada era modern ?
- Bagaimana perkembangan tasawuf di zaman kontemporer ?
- TUJUAN
- Mengetahui perkembangan tasawuf pada masa klasik
- Mengetahui perkembangan tasawuf pada masa pertengahan
- Mengetahui perkembangan tasawuf oada era modern
- Mengetahui perkembangan tasawuf pada zaman kontemporer
BAB
II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN
TASAWUF PADA MASA KLASIK
Tasawuf paada zaman dahulu
dikatakan sebagai kehidupan rohani di karenakan ajaran ini mengandung
perjuangan manusia dalam mendapatkan kehidupan yang sempurna di
mata Sang Pencipta. Kerohanian ini berupa ikhtiar manusia
dalam mengalahkan gangguan hawa nafsu dan kehidupan kebendaan.
Sejarah perkembangan kerohanian itu sendiri secara garis besar dibagi menjadi 2
yakni zuhud dan tasawuf. Istilah ini pada dasarnya
belum ada pada zaman Rasulullah SAW dan tidak disebutkan dalam alqur’an,
kecuali istilah zuhud.
Dalam
permulaan Tarikh Islam, kehidupan zuhud atau asketisme belum lagi merupakan
suatu gerakan keagamaan yang meluas, yang diamalkan oleh seluruh masyarakat
Islam, akan tetapi ia merupakan kegiatan dan kecendrungan
pribadi, mengikuti petunjuk Islam al-Quran dan sunah Nabi. Kegiatan yang
sama sekali tidak mementingkan kehidupan di dunia. Mereka hanya ingin
mendekatkan diri kepada Allah. Mereka lebih gemar berjihad dijalan Allah dan
berdakwah untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap zuhud inilah yang sering dikatakan sebagai ilmu pengantar
dari kemunculan ilmu Tasawuf.
Tahap awal perkembangan tasawuf itu
dimulai pada abad ke 1-H sampai kurang lebih abad ke 2-H. Pada masa nabi belum
muncul istilah-istilah, namun praktek ilmu-ilmu cabang sudah ada di masa nabi
sebelum diangkat sebagai rasul. Kehidupan Nabi Muhammad SAW, dapat
dijadikan sebagai suri tauladan. Perkembangan tasawuf pada masa klasik itu
berkisar pada masa Nabi Muhammad SAW, para Sahabat (Khulafaur Rasyidin), Tabi’in, masa
Bani Umayah, dan masa Bani Abbasiyah.
- Tasawuf masa Nabi Muhammad SAW
Nabi
Muhanmmad SAW mempunyai banyak julukan yaitu Pembuka Negeri, Pemimpin Perang,
dan Pesuruh Tuhan. Pada masa ini praktek tasawuf sudah dilakukan namun, belum menjadi istilah resmi
hanya ada istilah zuhud.
Berasal dari tahanuut dan khalwat kehidupan kerohanian
beliau yang dilakukan semasa beliau berada didalam Gua Hira. Gambaran perilaku
beliau dijadikan sumber bagi para ahli sufi dalam pengalaman ajaran tasawuf. Beliau ber’uzlah dengan menyatukan
pikiran dan perasaan dalam merenungi alam dan beliau telah tenggelam dalam
kebesaran Allah SWT. Aktifitas uzlah inilah
yang banyak diambil pelajaranya, karena penyakit jiwa tidak bisa dihilangkan
kecuali dengan ber ‘uzlah.
Sifat sombong , ujub, hasud, riya,dan cinta terhadap dunia, merupakan penyakit yang merusak
jiwa dan hati nurani, meskipun secara lahiriyah manusia itu terlihat melakukan
amalan shaleh. Didalam Gua Hira beliau terus mengingat Allah dan memuja-Nya,
sehingga putuslah hubungan beliau dengan makhluk yang lainya. Beliau
membersihkan diri dari noda-noda hati yang yang mengotori jiwa. Menurut Ibnu
Atha’illah al-Iskandariyah bahwa “tiada lebih berguna bagi hati selain ‘uzlah. Dengan ‘uzlah hati memasuki
lapangan tafakkur.”
Dengan tafakkur seseorang
bisa mendalami sebuah hakikat arti dari kehidupan, merenungkan allah
dengan lebih mengutamakan keridhaan-Nya.
Semua
kehidupan Nabi Muhammad selalu dijadikan referensi oleh para sufi, berawal dari
pengalaman khalawat di
Gua Hira, kebenaran mimpi Nabi Muhammad, masalah wahyu yang turun untuk beliau,
pengalaman Isra mi’raj, masalah
misi perdamaian beliau dengan istri-istrinya dan kesederhanaan beliau dalam
menyingkapi arti kehidupan. Beliau menjadi kehidupan kerohanian lebih tinggi
dibandingkan dengan kemewahan belaka. Beliau mengajak kepada manusia bahwa
hidup kemewahan di dunia hanyalah bersifat sementara, oleh karena itu beliau
menganjurkan agar manusia itu lebih mendekatkan diri kepada Allah . pendekatan
itulah yang dikatakan sebagai kehidupan yang abadi.
- Tasawuf masa sahabat
Tasawuf pada masa sahabat ini
tetap tidak menghilangkan semua perilaku Nabi Muhammad sebagai contoh, meskipun
Nabi Muhammad sudah wafat. Para sahabat yang menjadi pemimpin negara juga tetap
melakukan sesuatu yang bersifat mendekatkan diri kepada Allah dengan
hidup kesederhanaannya seperti wara’,
tawadhu, zuhudnya Nabi Muhammad SAW di tunjukan semata-mata hanya untuk
Allah. Kehidupan tasawuf para
sahabat ini salah satunya Khulafaur Rasyidin. Seperti kezuhudan yang dilakukan oleh
Abu Bakar as-Shidiq. Beliau menganggap bahwa lidah adalah organ tubuh yang
mengancam seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mendekakan diri kepada Allah,
karena dari lidahlah manusia akan memasuki kawasan ujub. Ujub adalah
penyakit hati yang bersifat menyombongkan diri namun terletak dalam hati atau
bersifat dhamir, tidak kasap mata. Pandangan hidup beliau
tentang kedermawaan adalah buah dari taqwa, sedangkan dalam
kedermawaan ada kekayaan, kekayaan adalah buah dari keyakinan seseorang.
Setelah seseorang dianggap kaya, maka orang itu akan memiliki martabat,
martabat itulah sebenarnya diperoleh dari ketawadhuan orang itu sendiri.
Umar
bin Khatab adalah Khalifah kedua yang dijadikan pengganti setelah abu bakar
wafat. Beliau mempunyai jiwa yang bersih dan kesucian kerohanianya yang sangat
tinggi. Umar bin Khatab paling banyak berlindung terhadap
kemampuannya sendiri. Apalagi perkara-perkara yang berhubungan dengan hatinya
dan tabi’at nya. Beliau sangat khawatir dengan terpengaruhnya beliau dengan
kemewahan dunia, keinginan nafsu, keinginan anak dan keluarganya. Suatu saat
beliau pernah didapati menggunakan baju yang memiliki 12 tambalan dan pada
kain sampingnya terdapat 14 tambalan saat berpidato di atas mimbar.
Semua perilaku beliau tidak sekedar untuk kepentingan pribadi , tetapi
beliau juga ajarkan hidup kerohanian beliau terhadap orang lain seperti
pembagian harta beliau untuk orang yang berhak mendapatkanya. Yang menjadikan
pandangan kehidupan dari beliau adalah kesabaran dan
keridhoan.
Utsman
bin Affan adalah Khalifah yang ketiga. Beliau termasuk Khalifah
yang telah diberikan kelapangan riski oleh allah. meskipun begitu,
riski yang berlimpah itu tidak melalaikan beliau untuk mendekatkan diri kepada
allah. Tangan beliau tidak pernah lepas dari al-qur’an, beliau selalu khawatir
apabila malam tiba beliau akan ketinggalan menerima surat dari tuhannya. Bahkan
dalam pemerintahan beliaupun terbunuh dalam posisi sedang membaca al-Qur’an.
Tentang sikap beliau terhadap masalah duniawi bahwa harta mempunyai nilai
sosial yang harus ditasarufkan kepada kepentingan umum. Dia pernah mengatakan
bahwa “ seandainya aku tidak khawatir bahwa dalam Islam terdapat lobang yang
dapat kututup dengan harta ini, pasti aku tidak akan mengumpulkannya”.
Ali
bin Abi Thalib adalah khalifah yang ke empat. Jabatan beliau dalam memimpin
umat islam pun tidak mengurangi hidup kerohanianya dengan
Allah. kehidupan zuhudnya yaitu
berupa pekerjaan beliau dan cita-citanya yang besar yang menyebabkan beliau
tidak peduli dengan apa yang beliau pakai. Beliau juga pernah memakai
pakaian yang robek karena mumuk. Apabila baju yang beliau pakai itu robek, maka
beliau langsung menjahitnya dengan tangannya sendiri. Dengan ini justru beliau
dapat mengkhusyukan hati, sehingga dengan kekhusyuanya beliau dapat dijadikan
suri tauladan bagi orang yang beriman. Kezuhudanbeliau ada yang berhubungan pola makam yang sederhana,
yaitu beliau pernah makan tiga buah korma setiap hari dalam satu bulan.
Beliau juga termasuk sahabat yang adil dan bijaksana.
Dalam
hal ini gerakan tasawuf baru
muncul paska era Shahabat dan Tabi'in tidak pada masa nabi di karenakan
kondisinya tidak membutuhkan tasawuf.
Perilaku umat masih sangat stabil,mereka patuh dengan apa yang diajarkan oleh
nabi dan mereka juga selalu menjadikan sikap nabi yang terpuji itu sebagai suri
tauladan. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih
dijalankan secara seimbang. Nabi, para Shahabat dan para Tabi'in pada
hakikatnya juga sudah sufi. Dengan keteladanan mereka yang
keimanannya teguh, sikapnya lunak, pemaaf dan kasih sayang, dermawan dan
mensyukuri nikmat-nikmat allah, jernih hatinya sehingga mereka dapat melihat
nur Allah, karena nurnya Allah meliputi dan ada pada segala sesuatu, baik di langit maupun bumi. Mereka
juga tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya.
Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq. Ketika
kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan,
mulailah orang-orang lalai pada sisi kerohanian. Saat itulah timbul
gerakan tasawuf (sekitar
abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat
hidup.
- Tasawuf Masa Bani Umayyah
Tasawuf pada masa Bani Umayah
sudahlah berbeda dengan hidup kerohanian sebelumnya. Hal ini
dikarenakan hidup kerohanian disini sudah terkontaminasi dengan
masalah sosial politik. Apalagi masalah terbunuhnya Utsman bin Affan yang
berkepanjangan dengan masa-masa selanjutnya. Oleh karena itu munculah kelompok
Bani Umayah, Syiah, Khawarij, dan Murji’ah. Tasawuf pada masa Bani Umayah dilatar belakangi
adanya kemewahan kekuasaan umayah dengan kehidupannya. Pemerintahan ini sangat
kejam dengan sekelompok politik yang menentangnya. Puncak kekejaman ini sangat
terlihat pada saat adanya perang karbala yang di dalamnya
terbunuh Husen bin Ali bin Abi Thalib. Akhirnya peristiwa ini
memberikan pengaruh yang besar tentang sebuah penyesalan.
- Tasawuf Masa Bani Abbasiyyah
Tasawuf pada masa Bani Abbasiyah
muncul di karenakan hadirnya Dzu Nun al-Misri. Beliau adalah
orang pertama yang memperkenalkan maqamat dalam dunia sufi. Pemikiranya yang sistematis yang
dapat dijadikan penelitian para sufi. Kemudian muncul lagi seorang sufi
bernama Surri al-Saqathi. Beliau memperkenalkan uzlah-uzlah yang tadinya
bersifat individu atau perorang menjadi uzlah yang bersifat kolektif. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kehidupan dunia yang penuh dengan pertentangan, intrik,
dan pertumpahan darah. Di era inilah istilah sufi mulai muncul dari beberapa
kalangan, sebutan khusus untuk mereka yang secara ketat dan tegas menghindari
kehidupan yang fana dan
lebih mengutamakan pendekatan diri terhadap Allah SWT.
Oleh karena
itu, hidup kerohanian atau tasawuf pada
masa klasik sering menggunakan istilah zuhud, belum ada peresmian nama asli dari tasawuf itu sendiri. Semua
itu hanyalah sekedar praktek semata.
- Sumber ajaran tasawuf
Dalam
ajaran Islam, tasawuf juga
tidak lepas bahwa sumbernya berasal dari al-Qur’an dan hadits. Tasawuf dianggap sebagai ajaran
yang mistik, ajaran yang terletak pada batin dan perenungan. Perenungan inilah
karena adanya penghayatan dari sumber tasawuf itu sendiri yaitu al-Qur’an dan hadits. Namun sumber tasawuf ini juga masih
diperebutkan. Ada yang menyatakan bahwa sumber tasawuf Islam adalah dari ajaran Islam itu sendiri.
Selain itu ada pula yang menyatakan bahawa sumber dari tasawuf itu berasal dari Persia,
Hindu, Nasrani, dan sebagainya. Salah satu prakteknya yaitu
- Berasal dari pengaruh Hindu seperti ucapan-ucapan doa dan nyanyian-nyanyian agama.sperti yoganya orang hindu banyak persamaan kehidupan dari riyadhah kaum shufi.
- Berasal dari pengaruh Persia seperti zuhud dalam islam menyerupai zuhudnya para pendeta Imam Manu, begitu juga qanaahnya islam di serupai dengan qonaahnya mereka yaitu dengan hidup sederhana dan dilarang makan daging binatang, hal ini disamakan dengan Madzab Mazdak.
- Berasal dari agama Nasrani seperti ajarannya, latihan kerohanian, khalawatnya, bahkan hingga pakaiannya. Adanya kehidupan yang kaya dan yang miskin, bertafakur dan berdiam diri.
- Berasal dari pengaruh Filsafat Yunani seperti alam pikiran islam telah terpengaruh dengan Filsafat Aristoteles untuk kepercayaan tentang Zat Pencipta yang akhirnya tumbuhlah “Ilmuul Qalam”.
Pada
dasarnya adanya pernyataan bahwa pengaruh tasawuf dari luar Islam sendiri itu tidaklah sampai
pada ajaran tasawuf bagian
inti atau isinya namun sekedar ada pada kulit ajaran tasawuf itu sendiri. Kaum shufi
itu sendiri, atau golongan Islam yang tidak masuk kedalam salah satu Madzhab.
Kerohanian yang membantu kehidupan mereka, berkata bahwasanya pokok ambilan
kerohanian itu ialah agama sendiri. Pertama al-Qur’an, ke-dua Hadits
dan ketiga tidak kurang penting nya contoh tauladan dari Nabi Muhammad SAW,
para Sahabat ,dan para Tabi’in yang sudah dijelaskan di atas.
PERKEMBANGAN
TASAWUF PADA ABAD PERTENGAHAN
Abad ketiga dan
keempat disebut sebagai fase tasawuf. Pada permulaan abad ke tiga hijriyah
mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat
yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi
untuk menikmati hubungan langsung dengan tuhan yang didasari dengan cinta.
Cinta tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang
dicintai ( fana fi al-mahhub ).
Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi
perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Paada fase ini
muncullah istilah fana’, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana
seorang suhufi kehilangan kesadarab hal-hal fisik ( al-hissiyat ). Ittihad adalah dimana kondisi seorang shufi menyatu
dengan allah sehingga masing-masing bias memanggil denag kata aku ( ana ).
Hulul adalah masuknya allah kedalam tubuh manusia yang di pilih.
Di antara tokoh fase
ini adalah abu yazid al-busthami ( w.263 H. ) dengan konsep ittihadnya, abu
al-mughist al-husain. Abu Mansur al-hallaj ( 244-309 H ). Yang lebih dikenal
dengan alhallaj denag ajaran hululnya.
PERKEMBNGAN TASAWUF DI ERA MODERN
Tasawuf di
era modern ini, ditempatkan sebagai cara pandang yang rasional sesuai dengan
nalar normatif dan nalar humanis-sosiologis. Kepekaan sosial, lingkungan (alam)
dan berbagai bidang kehidupan lainnya adalah bagian yang menjadi ukuran bahwa
tasawuf di era modern itu tidak sekedar pemenuhan spiritual, akan tetapi lebih
dari itu yaitu mampu membuahkan hasil bagi yang ada di bumi ini.
Menurut Bagir tasawuf
itu bukan barang mati. Sebab tasawuf itu merupakan produk sejarah yang
seharusnya dikondisikan sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman.
Penghayatan tasawuf bukan untuk diri sendiri, seperti yang kita temui di masa silam.
Tasawuf di era modern adalah alternatif yang mempertemukan jurang kesenjangan
antara dimensi ilahiyah dengan dimensi duniawi. Banyak
orang yang secara normatif (kesalehan individu) telah menjalankan dengan
sempurna, tetapi secara empiris (kesalehan sosial) kadang-kadang belum tampak
ada. Dengan demikian lahirnya tasawuf di era modern diharapkan menjadi tatanan
kehidupan yang lebih baik.
- PERANAN TASAWUF DI ERA MODERN
Prof. zakiah daraja,
dalam bukunya peranan agama dalam kesehatan mental, menyatakan bahwa fungsi
agama adalah sebagai berikut :
- Agama memberikan bimbingan bagi manusia dalam mengendalikan baik fisik amupun psikis seseorang
- Agama dapat memberikan terapi mental bagi manusia yang sedang menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup
- Agama sebagai pengendali moral, terutama sebagai problematika etis,
Akhlak
tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis dalam modernisasi
untuk melepas dahaga dan memporelah kesegaran dalam mencari tuhan. Intisari
ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan didasari oleh
tuhan, sehingga sesorang merasa dengan kesadarannya.
- TASAWUF YANG DIKEMBANGKAN DAN DISOSIALISASIKAN KEPADA MASYARAKAT
- Menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai sepiritual
- Memahami tentang aspek astesoris islam, baik terhadap masyarakat muslim maupun non muslim
- Menegaskan bahwa aspek stesoris dalam islam ( tasawuf ) adalah jantung ajaran islam
Tarikat
atau jalan rohani ( path of soul ) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan
dalam islam sebagaimana syariat bersumber dari AL-Qur’an dan AS-Sunnah.
Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan paling dalam, yang mengatur seluruh
organisme dalam islam. Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk
menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajaran tawakkal pada tuhan, menyebabkan
manusia mempunyai pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan dan menggadaikan
dirinya sepenuhnya pada tuhan.
Selanjutnya
sikap frustasi dapat diatasi dengan ridla, yaitu selalu pasrah dan menrima
terhadap segala keputusan tuhan. Sikap materialistic dan hedonistic dapat
diatasi dengan sikap zuhud. Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam
tasawuf. Yaitu mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan.
Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan kedalam konsep
kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, politik, kebudayaan
dan lain sebagainya perlu dilandasi dengan ajaran tasawuf.
Mempelajari
tasawuf membawa manfaat yang banyak bagi kehidupan ini, baik secara individu,
masyarakat, bangsa dan Negara. Para shufi sangat menyadari betul akan siapa
dirinya dan bagaimana poisisnya dihadapan tuhan dan mereka sudah mampu
menguasai hawa nafsu mereka, sehinga denga demikian segala apapun yang mereka lakukan
selalu dalam koridor kepada tuhan, ketaatan dan ketundukan kepad allah swt.
Dengan penuh keridhaan, kecintaan dan mereka pun di cintai dan di ridhai oleh
allah, bahkan allahg mengundang mereka ke sebuah perjamuan yang sangat indah. “
wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
tuhanmu dengan hatinyang ridha dan diridhainya. maka masuklah kedalam
hamba-hambaKU, dan masuklah kedalam surgaKu. “ ( QS. AL-FAJR [ 89 ] : 27-30
). Orang-orang yang diridhai allah tentu tidak sembarang orang, tetapi mereka
yang di undang adalah mereka yang telah sampai ketingkat ( maqam ) insan kamil
( manusia paripurna ) yangvdalam diri mereka sudah tercermin sifat-sifat tuhan.
Tujuan
akhir dari ajaran tasawuf adalah untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada
allah sebagai khaliknya melalui riyadhah melalui stasiun atau maqamat-maqamat
tertentu, dengan selalu mensucikan jiwa ( nafs ) lahir dan batin dalam upaya mempersiapka
diri menggapai ma’rifatullah sampai
kepada tingkat bertemu dan menyatu dengan allah menuju kehidupan yang abadi.
Apabila
seseorang mengalami kebingungankebimbangan dan kehampaan dalam mengarungi
bahtera hidup ini karena menghadapi berbagai problem dan permasalahan silahkan
kembali kepada agamamu segera mungkin, insyaallah agama akan memberikan solusi
terbaik kepada umatnya. Kehampaan spiritual yang dialamai orang-orang barat,
karena disebabkan paradigma peradaban yang mereka bangun dari awal yang telah
menyatakan adanya pemisahan antara sains dan agama, padahal seharusnya keduanya
harus saling bersinergi. Tasawuf islam tidak menafiskan sains, bahkan tasawuf
islam banyak menyumbangkan pemikiran
dalam bidang filsafat, sastera, music, tarian, psikologi dan sains modern. Dalam
konteks ajaran islam, untuk mengatasi keterasingan jiwa manusia dan membebaskan
diri dari keterasingan, justru harus menjadikan tuhan sebagai tujuan akhir,
tuhan yang maha wujud dan maha mutlak.
PERKEMBANGAN TASAWUF DI ZAMAN
KONTEMPORER
Tasawuf mempunyai
potensi besar karena mampu menawarkan pembahasan spiritual, mengajak manusia
mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal Tuhannya. Dan ini merupakan
pegangan hidup manusia yang paling ampuh, sehingga tidak terombang-ambingkan
oleh badai kehidupan ini. Ia menjadi penuntun hidup bermoral, sehingga dapat
menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi ini.
Kembali kepada sejarah
bahwa lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam – diawali (secara
internal) dari ketidakpuasan terhadap praktek Islam yang cendrung formalisme
dan legalisme, dan juga sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik, moral, dan
ekonomi di kalangan umat Silam, khususnya di kalangan penguasa. Pada saat
dmeikian tasawuf tampil memberikan solusi. Solusi tasawuf terhadap formalisme
dan legalisme dengan spiritualitasi ritual, pembenahan dan transformasi
tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Sedangkan reaksi terhadap sikap
politik, penguasa dan ekonomi sebagai akibat diraihnya kemakmuran, yang
menimbulkan sikap kefoya-foyaan materiil, adalah dengan penampakan sikap
isolasi diri dari hiruk pikuknya kehidupan yang berorientasi dunawi, dan
menanamkan sikap sedia miskin.
Gerakan tersebut di
satu sisi bisa dikatakan sebagai reaksi sosial, dan di sisi lain bisa dikatakan
sebagai tanggung jawab sosial. Gerakan seperti ini adalah cocok pada masa itu,
namun pada masa sekarang perlu dipertanyakan.Sebenarnya gerakan seperti
tersebut merupakan gerakan individual. Padahal pengingkaran kekayaan adalah
tidak mungkin, tidak praktis dan hanya bersifat individual. Desakan etika
mencari yang halal untuk melegitimasikan kemiskinan itu adalah sikap
ketidakberdayaan kaum tertindas sebagai keompensasi atas penderitaan dari dua
hal, materialisme dan spitirtualisme.
Ketika hal ini
dibicarakan, maka akan teringat pendapat Emile Durkheim, bahwa pemikiran dan
perkembangan pribadi tidak bisa terlepas sama sekali dari setting sosialnya
(Doyle, Paul Johasan, 1994, Emile Durkheim, 1993)
Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih
berat dari pada masa lalu. Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab
sosial tasawuf pada zaman modern ini.
Komentar
Posting Komentar